SIGAB PPPA Bantu Padamkan Api di Perkebunan Kelapa Sawit Palembang

SIGAB PPPA Bantu Padamkan Api di Perkebunan Kelapa Sawit Palembang
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran

Salah satu titik api terganas yang menyebabkan kebakaran hutan dan lahan di Indonesia ada di Bumi Sriwijaya. Tepatnya di kebun kelapa sawit di Ogan Ilir, Palembang, Sumatera Selatan. Di area itu, titik-titik api bermunculan yang akhirnya mengakibatkan asap tebal di udara.

Api yang padam tak menjamin kebakaran hutan usai. Benih-benih api masih tersisa dari arang atau abu yang bersinggungan dengan gambut dan dedaunan kering. Alhasil, satu titik api padam namun puluhan titik api lainnya kembali menyala.

Tim Santri Siaga Bencana (SIGAB) PPPA Daarul Qur'an hadir di wilayah tersebut untuk membantu Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Ogan Ilir dan relawan kemanusiaan lainnya untuk memadamkan api yang terus membara, Kamis (19/9) siang.

Panas terik dan minimnya udara segar tak menyurutkan semangat Tim SIGAB untuk bergotong-royong memadamkan kobaran api. Tepat di atasnya, helikopter terbang rendah sembari membawa air ke wilayah perkebunan yang berbatasan langsung dengan pemukiman warga.

“Kami bantu ini (sembari menunjuk batang pohon yang telah kering), ini untuk dijadikan jembatan bagi tim pemadam yang akan menyeberang ke kebun sebelah," ujar Sunaryo, Koordinator Tim SIGAB PPPA Daarul Qur’an untuk Bencana Asap di Sumatera.

Air yang digunakan untuk memadamkan api berasal dari danau buatan di sekitar area perkebunan. Meski saat ini masih terbilang cukup, Tim SIGAB dan relawan kemanusiaan lainnya khawatir jika suatu saat nanti kehabisan air karena titik api terus menerus bermunculan.

Sunaryo mengatakan, SIGAB masih menyusuri lokasi-lokasi terdampak kabut asap khususnya rumah-rumah tahfizh yang ada di Pulau Sumatera. Sejumlah bantuan seperti layanan kesehatan serta logisitik akan terus didistribusikan.

“Kami mengajak seluruh masyarakat Indonesia dan donatur untuk terus membantu warga tedampak asap. Mengingat, asap tebal yang menyelimuti Palembang dan sekitarnya sangat berbahaya bagi kesehatan,” harap Sunaryo. (dio/ara)