Tanda-Tanda Kebodohan (Hikmah ke-17 Kitab Al-Hikam)
Dalam konteks Al-Hikam, kebodohan bukan hanya sebatas ketidaktahuan terhadap ilmu duniawi, tetapi lebih pada ketidaksadaran seseorang akan hakikat kehidupan dan hubungannya dengan Allah SWT. Kebodohan dalam hal ini merujuk pada ketidakmampuan memahami tujuan penciptaan, kurangnya kesadaran akan takdir, serta keterikatan berlebihan pada dunia.

Dalam konteks Al-Hikam, kebodohan bukan hanya sebatas ketidaktahuan terhadap ilmu duniawi, tetapi lebih pada ketidaksadaran seseorang akan hakikat kehidupan dan hubungannya dengan Allah SWT. Kebodohan dalam hal ini merujuk pada ketidakmampuan memahami tujuan penciptaan, kurangnya kesadaran akan takdir, serta keterikatan berlebihan pada dunia.
Tanda-Tanda Kebodohan Menurut Ibnu Atha’illah
Ibnu Atha’illah menyebutkan beberapa tanda kebodohan yang harus diwaspadai, di antaranya:
1. Menjadikan Amal Sebagai Tolak Ukur Kedekatan dengan Allah
Salah satu tanda kebodohan adalah ketika seseorang menganggap bahwa kedekatan dengan Allah semata-mata ditentukan oleh amal ibadahnya. Padahal, hakikatnya kedekatan itu adalah anugerah dari Allah, bukan hanya hasil usaha manusia semata. Amal ibadah adalah sarana, bukan tujuan akhir.
2. Berharap Pahala Tanpa Memperbaiki Niat
Tanda kebodohan lainnya adalah ketika seseorang menginginkan balasan dari Allah tetapi tidak memperhatikan niat dalam ibadahnya. Amal yang dilakukan tanpa ikhlas akan kehilangan nilainya di sisi Allah.
3. Lalai terhadap Takdir Allah
Orang yang bodoh menurut Al-Hikam adalah mereka yang tidak menerima ketentuan Allah dengan hati yang lapang. Mereka cenderung gelisah, mengeluh, atau bahkan menyalahkan keadaan saat mengalami musibah. Padahal, setiap ketetapan Allah adalah bagian dari hikmah-Nya yang tersembunyi.
4. Mencari Dunia dengan Mengorbankan Akhirat
Ketika seseorang lebih mengejar kesenangan dunia tanpa mempertimbangkan akhirat, itu juga merupakan tanda kebodohan. Dunia hanyalah tempat persinggahan sementara, sedangkan kehidupan yang hakiki adalah di akhirat.
5. Merasa Aman dari Murka Allah
Tanda kebodohan berikutnya adalah ketika seseorang merasa aman dari murka Allah dan terus melakukan maksiat tanpa rasa takut. Sikap ini menunjukkan bahwa hatinya telah tertutup dari cahaya hidayah.
Menjadi Hamba yang Cerdas dalam Pandangan Tasawuf
Sebaliknya, seorang yang cerdas dalam perspektif Al-Hikam adalah mereka yang:
-
Menyadari bahwa amal ibadah adalah anugerah Allah dan tidak merasa sombong karenanya.
-
Beribadah dengan niat yang lurus dan ikhlas.
-
Senantiasa ridha terhadap takdir Allah.
-
Menggunakan dunia sebagai sarana untuk meraih kebahagiaan akhirat.
-
Takut akan murka Allah dan selalu berusaha untuk bertaubat.
Hikmah ke-17 dalam Al-Hikam memberikan peringatan kepada kita agar tidak terjebak dalam kebodohan spiritual. Kebodohan sejati bukanlah tidak mengetahui suatu ilmu, tetapi tidak memahami hakikat hidup dan lalai dalam mengingat Allah. Oleh karena itu, kita harus senantiasa introspeksi diri, memperbaiki niat, dan mendekatkan diri kepada Allah dengan penuh kesadaran.
Semoga kita dijauhkan dari tanda-tanda kebodohan dan selalu diberikan hidayah oleh Allah SWT. Aamiin.