Terwujudnya Mimpi Anak Petani
“Pesan saya, untuk teman-teman sebaya di kampung halaman, tetap semangat dalam meraih cita-cita dan harus rajin belajar agar keinginannya bisa tercapai,” ujar Siti Fatimah tentang resep kesuksesannya menjadi santri rumah tahfizh yang sudah dua kali Goes to Malaysia.
Fatimah (17) biasa ia disapa adalah gadis asal Tasikmalaya, Jawa Barat. Ayahnya petani, ibunya seorang ibu rumah tangga. Namun, status dan latar belakang ekonomi tak menghalangi Fatimah meraih pendidikan setinggi mungkin.
Kondisi keluarga yang pas-pasan justru memotivasinya menjadi orang sukses. Fatimah pun mantap merantau guna meringankan beban orangtua. Usai mendapat ijazah SD, ia mondok/nyantri di Rumah Tahfizh Al Fitroh, Bekasi.
Fatimah berharap bisa melanjutkan pendidikan dan meraih impian pergi ke luar negeri sambil belajar. Bak gayung bersambut, Rumah Tahfizh Al Fitroh ternyata menggelar seleksi santri Goes to Malaysia. Ia pun langsung mendaftarkan diri tanpa berfikir panjang.
Tak disangka, Fatimah lolos seleksi. Tangis bahagia terpancar dari raut wajah Fatimah, sebab cita-cita yang selama ini diidamkan sedikit demi sedikit tercapai. “Alhamdulillah, saya sangat senang sekali dan ini perjalanan pertama saya keluar negeri, keberhasilan ini semata karena Allah dan berkat doa orangtua,” tuturnya.
Sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampaui, itulah ungkapan yang cocok untuk Fatimah. Sepulangnya dari Malaysia ia berkesempatan mengajar di Playgroup Plus dan Kampung Quran Al Fitroh Indonesia. Fatimah juga menerima pendidikan secara gratis di sekolahnya. Keinginannya meringankan beban orang tua tercapai. Saat ini, Fatimah sudah memiliki penghasilan sendiri.
Subhanallah, kisah Fatimah telah menunjukan kepada kita semua bahwa impian dapat dirahi dengan tekad yang kuat, usaha dan berdoa. Ia pun telah membuktikan bahwa uang bukanlah kendala, semua itu tergantung dari semangat dan daya juang kita sendiri untuk meraih cita-cita.