Titik Nadir Terendah, Cara Allah untuk Lebih Mencintai Kita
Setiap manusia akan mengalami episode-episode dalam kehidupannya. Dalam episode tersebut tak selamanya indah dan tak selamanya buruk. Silih berganti, Allah sebagai sang penulis skenario menghadirkan untuk hamba-Nya.
Setiap manusia akan mengalami episode-episode dalam kehidupannya. Dalam episode tersebut tak selamanya indah dan tak selamanya buruk. Silih berganti, Allah sebagai sang penulis skenario menghadirkan untuk hamba-Nya.
Dari setiap episode inilah Allah mengajarkan kita untuk selalu berprasangka baik. Bahkan saat kita mengalami di titik nadir terendah, justru di saat itulah pertanda Allah sedang mendesain kehidupan yang lebih baik.
Indikasi akan dilimpahkan anugerah kemuliaan. Dan Allah menunggu "kalimat yang keluar dari lisan kita, atas ujian di titik terendah".
Allah menunggu sikap dan mental kita atas situasi di titik terendah. Apakah disituasi seperti kita tetap berjalan pada koridornya yakni senantiasa sabar dan bersyukur dengan mengucapkan kalimat baik dan berprasangka baik atau justru terbawa hawa nafsu emosional?
Setiap individu pasti akan mengalaminya, di mana Allah akan hadapkan kita dalam situasi diluar kehendak dan rencana kita. Di titik inilah hamba-hamba Allah yang beriman, tidak tergoyahkan sikap husnudzon terhadap Allah atas setiap perisitiwa yang di alami baik suka dan duka.
Tatkala kita dipecat, maka detik itu pula mindset dan sikapnya langsung berkata, "Baik Yaa Allah, inilah cara Engkau jadikan kami sebagai Pengusaha yang mandiri, yang yakin Engkaulah Pembuka dan Pemberi Rezeki sebenarnya".
Saat mengalami sakit yang kritis, tetap bersikap "baik Yaa Allah, inilah cara Engkau membersihkan dosa2 dan mensucikan hati kami, agar selalu terkoneksi dengan Engkau".
Saat semua mimpi dan harapan tak sesuai padahal segala ikhtiar telah diupayakan, bersikaplah "baik Yaa Allah takdir-Mu lebih indah dari rencanaku, sedang engkau persiapkan, sedang engkau desainkan untuk sesuatu yang lebih baik dan aku lebih siap menerimanya".
Di titik nadir terendah, adalah pijakan kuat kita bisa melompat untuk lebih tangguh, kuat dan positif mentalnya. Di titik nadir terendah justru, awal yang baik mengenal, memahami dan mencintai Allah.
Di titik nadir terendah merupakan cara Allah untuk ngeluarin kita dari "comfort zone" yang melalaikan kehidupan kita kelak. Titik nadir terendah adalah cara efektif untuk muhasabah diri, mawas diri dan instropeksi.
Kita pun dapat belajar dari para anbiya, ada Nabi Sulaiman yang diambil seluruh kerajaannya, ada Nabi Ayyub yang diuji dengan sakit dan kehilangan segalanya, ada Nabi Musa yang tersudut ditengah pelariannya dari pasukan Firaun begitu pula dengan Nabi Yusuf yang diuji dibuang oleh keluarganya sendiri, difitnah, dimasukkan dalam penjara namun atas kesabaran dan prasangka baiknya Allah berikan kemuliaan.
Sahabat, teruslah berprasangka baik pada Allah, meski badai cobaan tengah menerjang. Teruslah jaga lisan jaga hati, di titik nadir terendah inilah saat dimana Allah sangat dekat dengan hamba-Nya.
Semoga Allah mampukan kita untuk menjadi hamba-Nya yang tangguh, sabar dan senantiasa bersyukur. Aamiin Yaa Rabbalalamin
Kutipan Tausiyah KH Yusuf Mansur dalam acara Halal Bi Halal Keluarga Besar & Alumni Pesantren Tahfidz Daarul Qur'an Jawa Tengah 1443H di Pesantren Tahfizh Daarul Qur'an Jawa Tengah, Senin (23/5)
Oleh: Shinta, PPPA Daarul Qur'an Semarang