Vika, Salah Satu Wisudawati Terbaik Wisuda Akbar 10 Yogyakarta yang Menghafal Qur'an Saat Sakit

Vika, Salah Satu Wisudawati Terbaik Wisuda Akbar 10 Yogyakarta yang Menghafal Qur'an Saat Sakit
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran

Vika Fitriana namanya. Gadis asal Kendal Jawa Tengah ini tampak berkaca-kaca usai dipanggil namanya sebagai salah satu wisudawati terbaik dari program Tahfidz Intensif pada momen Wisuda Akbar 10 Yogyakarta. 

Vika yang juga mahasiswi Sastra Inggris di UIN Sunan Kalijaga ini merupakan Santriwati Tahfidz Intensif Batch ke 5. Dalam prosesnya selama 3 bulan lebih 1 hari, dia telah menyelesaikan hafalan 30 juz. 

Diakui oleh Vika, awal-awal atau di bulan pertama adalah masa yang cukup sulit untuk menghafal. “Agak sulit penyesuaiannya satu bulan pertama itu, karena ya sempet nangis-nangis juga. Tapi, karena udah memulai, ya pengennya juga menyelesaikan. Pengen tetep bawa Al-Qur’an itu sampai akhir hayat,” ungkap Vika

Jauh sebelum bergabung dengan program Tahfidz Intensif, Vika pernah mondok di Pati (saat masih SMA). Tetapi itu tidak berlangsung lama. “Sebenernya saya tu bukan anak pesantren yang menghafal gitu, sekolah umum aja. Pas SMA sih pernah mondok, tapi nggak betah sayanya melihat kehidupan di pesantren (padat kegiatan). Baru 2 minggu, pas ada pertemuan wali saya malah minta ikut pulang sama Bapak. Setelah dari situ, masuk SMK Farmasi karena sekolah-sekolah umum lainnya udah pada tutup,” jelasnya. 

Ada perasaan menyesal yang dipendam oleh Vika setelah keluar dari pesantren, apalagi melihat teman seperjuangannya yang ilmu agamanya itu bagus. “Orangtua saya itu pengen anaknya pinter agama daripada pinter pengetahuan umum tapi nggak ngerti agama," tambahnya. 
 
Perjalanan Vika menghafal Al-Qur’an dimulai sekitar tahun 2017 akhir. Ketika lulus SMK, Vika berkeinginan untuk mendaftar kuliah, qodarullah belum keterima. Sehingga memutuskan untuk bekerja dulu di apotik selama hampir dua tahun. 

Di tahun terakhir kesempatan untuk mengikuti seleksi perguruan tinggi inilah Vika akhirnya lolos seleksi dan mengambil di UIN Sunan Kalijaga. 

Sembari berkuliah Vika mencari pondok pesantren terdekat dari kampus, namun bukan yang memiliki program intensif menghafal Al-Qur’an. Sekitar tahun 2017 sampai 2019 mondok, hingga pandemi COVID-19 datang dan mengharuskan Vika pulang kembali ke Kendal. Ujian mulai datang di waktu-waktu ini.   

“Qodarullah pas dirumah saya sakit, agak parah. Sampai 2 tahun non stop minum obat, pas 2 bulan pertama itu setiap hari saya disuntik sampai nggak bisa jalan. Saya kalau sholat itu nggak bisa berdiri. Kalau mau ke kamar mandi harus dipapah gitu, sampai bener-bener kurus banget," jelas Vika. 

Bagi Vika, momen itu adalah titik terendah selama hidupnya hingga saat ini. Hanya orang tuanya yang selalu ada dan menguatkannya. Karena Vika juga menutup diri dari teman-teman sekitarnya, hanya teman-teman dekatnya saja yang tau. Singkatnya nggak mau bikin orang lain khawatir dan takut dianggap caper. 

“Saya udah berobat itu sampai pindah-pindah rumah sakit.  Disuntik itu juga nggak mempan. Udah kayak pasrah gitu Mbak. Apalagi rumah saya itu kan deket mushola yang hampir setiap hari denger pengumuman orang meninggal (masa COVID-19). Keluarga saya juga melarang buat dibawa ke RS soalnya takut diisolasi. Saya dari yang panas, dingin, susah nafas sampai nggak doyan makan," terangnya sambil berkaca-kaca.

Sosok yang mampu membuat Vika kuat dan bisa melalui masa sulit itu adalah Ibunya. “Yang bikin saya kuat itu ya Ibu. Soalnya saya dipelukin terus, nggak papa masih ada Ibu walaupun nggak ada yang mau temenan lagi," ujarnya. 

Karena menurut Vika pada saat itu, sakit yang dialaminya adalah sakit yang menular. Ibunya selalu meyakinkan bahwa ia sehat, jadi tidak akan ketularan. 


Ketika masuk ke Tahfidz Intensif, Vika masih dalam masa pengobatan. Meski begitu, Masyaa Allah kondisinya sudah jauh lebih baik. Proses yang dilalui juga cukup panjang untuk mendiagnosa sakitnya. 

“Saya itu udah kena jantung juga, paru-paru, terus kelenjar di leher juga, sudah pernah melalui operasi dua kali. Sebenernya saya masih ada kontrol lagi bulan depan. Dan Alhamdulillah sudah lepas obat, baru sebulan yang lalu. Saya tanyakan ke Ibu, hasil rontgen dan usg Alhamdulillah membaik. Alhamdulillah mungkin itu juga salah satu wasilah doa dari Ustad Yusuf Mansur juga waktu itu. Banyak yang mendoakan," kenangnya. 

Sedikit flashback, beberapa bulan yang lalu. Ketika Ustad Yusuf Mansur kunjungan ke Yogyakarta dan sarasehan bersama para Assatidz Rumah Tahfidz juga perwakilan santri. 

Vika menjadi salah satu santri yang ditanya dan mendapat kesempatan untuk berbicara langsung kepada beliau. Vika lalu menceritakan kondisinya dan seketika mendapatkan do’a dari Ustad Yusuf Mansur, serta para assatidz yang hadir. 

Belum berakhir cerita perjuangannya, Vika juga mengisahkan saat suaranya sempat hilang karena ada benjolan di leher. “Kalau ngomong serek banget sampai orang rumah itu nggak denger. Dokternya sampai bilang ini udah parah banget kenapa baru ketahuan sekarang? Soalnya itu emang bener-bener tiba-tiba ada benjolan. Ya Allah saya pengin ngaji lagi, balik suaranya lagi. Saya ngaji satu halaman aja itu ngos-ngosan banget. Sekarang Alhamdulillah udah dibalikin sama Allah. Saya bersyukur dan bener-bener pengin memanfaatkan waktu yang dikasih sama Allah," pungkasnya. []