Bule Asal Prancis Sambangi Kampung Qur'an Jailolo

Bule Asal Prancis Sambangi Kampung Qur'an Jailolo
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran

Banyak pengalaman dan cerita seru yang didapat oleh Rizki Yanuar Rini, salah satu Kader Tahfizh PPPA Daarul Qur'an yang saat ini bertugas di pelosok Maluku Utara. Seperti yang terjadi beberapa waktu lalu.

Pada Senin (8/7) sore, kala ia tengah berbuka puasa di sebuah rumah makan milik orang tua salah satu santrinya, ia bertemu sepasang bule Prancis yang tersesat. Mereka adalah Jean-Pierre (60) dan Stella (54). Karena tak ada warga yang memahami bahasa mereka, Rizki pun memberanikan diri.

"Enggak ada yang mengerti Bahasa Inggris, ya sudah saya bantu. Saya menemani mereka makan nasi goreng sambil mengobrol panjang," kata Rizki.

Berdasarkan obrolan tersebut, Rizki mendapat informasi bahwa keduanya adalah backpacker yang sudah enam kali bolak-balik Indonesia. Keduanya telah mengelilingi hampir semua pulau besar yang ada. Namun Maluku, Maluku Utara, dan Papua belum mereka jelajahi. Tak hanya Indonesia, negara lain pun menjadi jajahan mereka kala berpetualang.

"Kebetulan waktu itu mereka baru sampai Jailolo. Saya rekomendasikan saja ke Kampung Qur'an tepatnya di Rumah Tahfizh Bobanehena, disana ada wisata bagus. Saya bilang, kalau sempat cari saja saya. Tanya Ustazah Kiki, nanti semua tahu," katanya sambil tertawa.

Rizki mengira keduanya tak akan sampai ke wilayah pengabdiannya. Ternyata ia salah. Keesokan harinya, santri-santri binaannya mengirimkan pesan singkat bahwa ada bule yang datang ke Bobanehena.

"Mereka mengaku menikmati wisata Rappa Pelangi, snorkeling sampai jauh ke budidaya rumput laut warga," kata Rizki.

Rizki pun mengundang pasangan bule tersebut untuk mampir ke rumah tahfizh yang binanya. Meski keduanya sempat tersesat jauh hingga ke desa tetangga, namun ketika mereka memutar arah pulang, keduanya akhirnya menemukan salah satu rumah tahfizh yang terletak di tepi jalan.

"Saat itu kondisinya hujan. Saya bawa mereka masuk kelas sambil ngeteh. Mereka tanya-tanya tentang: ini agenda apa, dari organisasi mana, bagaimana saya bisa ke sini, bagaimana kegiatan sehari-hari di sini. Sementara anak-anak yang menyimak hanya melongo sambil malu-malu menyaksikan mereka, ha ha ha," ujarnya.

Kepada Rizki keduanya mengaku takjub karena masih banyak warganya yang memegang teguh agama sejak kecil. Berbeda dengan di negara asal mereka yang rakyatnya cenderung sekuler. Petualangan kedua backpacker tersebut pun berlanjut. Pada hari ketiga, keduanya diajak Rizki berkeliling Gunung Jailolo menggunakan motor.

"Saya ajak sarapan nasi kuning yang dibungkus daun woka, mereka suka banget. Lalu lanjut ke Pantai Marimbati dan Pantai Susupu," katanya.

Sambil menikmati pemandangan Pantai Susupu, mereka berdiskusi. Menurut Rizki, keduanya ternyata mengamati bahwa terdapat sekat antara perkampungan muslim dan nonmuslim. Di Jailolo, perkampungan muslim terletak di pesisir pantai atau dekat laut, yang dikelilingi oleh perkampungan nonmuslim.

Keduanya bahkan mencermati soal kerusuhan agama yang terjadi pada 2000. Akibat dari kerusuhan ini adalah sekat tak kasat mata yang memisahkan perkampungan muslim dan nonmuslim tadi.

"What a terrible accident," kata Jean-Pierre kepada Rizki.

Pada hari keempat, Rizki tak menemani jalan-jalan kedua bule yang menginap di Losmen Fitrah ini. Akhirnya keduanya jalan-jalan sendiri. Hingga akhirnya pada bakda Ashar, anak-anak ramai memanggil saya.

"Ada mister, ada mister cari ustazah," ujar Rizki menirukan santri-santrinya heboh kedatangan bule.

Rizki mengajak keduanya masuk ke dalam kelasnya sambil ia menyelesaikan tugas mengajar santri iqro yang tengah berlangsung. Keduanya mengamati sambil bermain bersama anak-anak. Ternyata kedatangan mereka kali ini adalah untuk mengucapkan perpisahan.

Keduanya mengaku senang bisa melihat aktivitas di Rumah Tahfizh Bobanehena sambil menikmati pemandangan alam di Jailolo. Selain membuat kenangan dengan berfoto bersama, keduanya juga menitipkan pesan bagi para santri.

"Semangat belajarnya, semoga sukses dan patuhi guru kalian," kata Jean-Pierre. (mnx/ara)