Gubug Bahagia Mbah No

Gubug Bahagia Mbah No
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran

Mbah No (76) begitu sapaan akrabnya, adalah seorang kakek tua yang memiliki nama asli Seno. Ia tinggal seorang diri di salah satu gubuk berukuran 2x2 meter yang berada di tengah hamparan sawah yang luas.

Gubug berdindingkan anyaman bambu serta bertutupkan layar di bagian sisi belakangnya ini nampak sangat jauh dari kata layak untuk dijadikan sebagai tempat hunian sehari-hari. Di dalamnya hanya nampak tikar usang, bantal lusuh berbalut karung bekas sebagai penutupnya hingga perabot dapur yang juga terlihat tak terurus dengan warna panci yang menghitam serta gelas kaca yang menguning dan berkerak.

Sudah delapan tahun Mbah No hidup seorang diri tanpa adanya anggota keluarga yang lain di gubug reot ini. Namun siapa sangka, kesendirian dan kesederhanaan hidup mbah No nyatanya selalu membuat dirinya merasa bahagia dan bersyukur. Tak pernah terucap keluh kesal yang muncul dalam hidupnya. Baginya kesendirian yang membuatnya jauh dari hingar bingar perkotaan ini membuatnya menjadi semakin tenang dalam merenungi setiap makna hidup yang dijalaninya.

"Masio aku nang kene dewe kerjo sak onone, wayah udan trocohan wayah panas njeter yo kepanasan, gak ono lampu, tapi aku seneng rasane tentrem uripku, (Meski saya disini sendiri kerja seadanya, kalau hujan ke hujanan, kalau panas kepanasan, ngga ada lampu tapi saya seneng tentram hidup saya)", tutur Mbah No seraya mengibas-ibas kertas ke badannya.

Di bulan Ramadan ini, meski seorang diri Mbah No tak pernah meninggalkan kewajibannya sebagai seorang muslim untuk tetap beribadah dan berpuasa. Menurutnya dengan berpuasa, setidaknya manusia belajar merasakan apa yang dirasakan oleh orang-orang yang kurang beruntung diluar sana dengan menahan nafsu, lapar, serta haus yang melanda diri kita, sehingga bisa merasa bersyukur dalam setiap keadaan.

Pada kesempatan yang sama, PPPPA Daarul Qur’an Semarang berkesempatan untuk berbagai kebahagiaan bersama Mbah No melalui bingkisan senyum lebaran. Dari kisah Mbah No dapat diambil pelajarannya bahwa bersyukur dan ikhlas dalam menjalani setiap keadaan hidup akan membuat kita menjadi tenang dalam menjalaninya. (ade/dio)