Jejak Ramadhan: Bangunan Surau di Tanah Minoritas
Memiliki tempat ibadah yang nyaman dan layak merupakan impian umat beragama manapun, tanpa terkecuali Islam, selaku agama mayoritas di Indonesia. Dalam hal ini, umat muslim akan terus berlomba mempercantik masjid atau mushola di sekitar demi kenyamanan siapapun yang melaksanakan ibadah di dalamnya. Apalagi di momen-momen hari besar Islam, utamanya di bulan Ramadhan. Hal inilah yang kerap menjadi pemandangan di wilayah perkotaan atau desa-desa maju yang tidak jauh dari pusat kota.
Namun, pemandangan tampak jauh berbeda saat bergeser ke daerah pinggiran Malang Selatan. Desa Pujiharjo tepatnya, sebuah desa yang jauh dari pusat perkotaaan. Butuh menempuh jarak hampir 80 km untuk sampai di desa ini dari pusat Kota Malang. Tentunya dengan melewati medan yang cukup terjal. Jalanan berkelok tajam, tanjakan, bahkan tidak ada lampu jalan.
Hidayatul Mubarokah sebuah surau yang berdiri di antara gereja-gereja desa. Bangunannya terlihat kuat, namun rapuh. Kayu-kayu yang menjadi penyangga atap bangunan ini telah lapuk dimakan waktu. Mirisnya saat menjelang Ramadhan, ketika umat muslim yang lain berlomba renovasi tempat ibadah, disini sedang berserah. Angin kencang dan hujan deras mengguyur hingga menyebabkan atap surau roboh.
Lagi-lagi perihal membangun kenyamanan tempat ibadah di sini bukan hal yang mudah. Islam tumbuh sebagai agama minoritas di desa ini, sehingga jumlah pemeluknya pun juga sedikit. Hal inilah yang menjadi salah satu kendala terhambatnya renovasi surau. Sebab hasil sedekah dari warga muslim sekitar masih belum cukup untuk merenovasi surau.
Tantangan umat muslim di wilayah Surau Hidayatul Mubarokah tidak berhenti di sini. Sekilas memang tidak ada yang aneh dari bangunan surau sederhana di daerah pelosok. Namun jika disempatkan singgah sebentar untuk sholat atau sekadar duduk di serambi surau, siapapun akan mencium bau menyengat yang sangat mengganggu. Bau itu tak lain bersumber dari kandang babi di sekitar surau. Peternakan babi dan anjing yang berkeliaran di desa ini memang bukan pemandangan yang tabu. Mengingat mayoritas penduduk di desa ini bukanlah muslim, jadi wajar hal demikian terjadi.
Sebagai lembaga sosial yang berorientasi di bidang dakwah, tentunya tidak membuat PPPA Daarul Qur’an tutup mata dan membisu melihat hal ini. Kenyamanan beribadah sesama umat muslim perlu diperjuangkan dengan sebaik mungkin. Berbekal doa, dukungan penuh dari para donatur dan pihak lain, hadiah-hadiah istimewa untuk masyarakat muslim di Desa Pujiharjo mampu kita hadirkan untuk menemani ibadah ramadhannya.
Penghujung Ramadhan, tepatnya tanggal 23 Ramadhan 1445 H (3 April 2024) PPPA Daarul Qur’an berhasil menyalurkan donasi dari para donatur untuk Surau Hidayatul Mubarokah. Donasi tersebut diperuntukkan renovasi atap surau yang telah roboh agar keamanan saat beribadah bisa terjamin. Selain itu, untuk mengatasi bau menyengat dari kandang babi yang ada di sekitar mushola, maka dilakukan juga renovasi dinding pembatas masjid. Dinding pembatas ini dibangun ulang dan ditinggikan agar menghambat bau busuk yang langsung masuk ke area masjid.
Sebagai bentuk apresiasi sederhana untuk para warga sekitar, PPPA Daarul Qur’an didukung BSI Maslahat Umat Regional VIII untuk berbagi paket buka puasa. Hal ini tentunya menjadi kebahagiaan bagi warga sekitar, khususnya masyarakat dhuafa. Sebab bagi mereka, momen buka puasa bersama di bulan ramadhan adalah momen yang langka. Siapa sangka dari paket buka puasa ini mampu melukis memori indah dan cerita para masyarakat muslim sekitar.
Selain itu, Mandiri Amal Insani Foundation turut membersamai langkah dakwah ini dengan memberikan 50 paket bingkisan untuk para mualaf. Bingkisan tersebut berupa alat sholat, Al-Qur’an dan santunan. Harapannya, para mualaf disini semangat untuk beribadah dan memperdalam agama Islam. Senyum bahagia jelas tergambar di tiap-tiap mualaf yang menerima bingkisan ini.
Sebelum tulisan ini sampai di kalimat akhir, ada satu hal yang tidak boleh terlewat. Ada ucapan terimakasih terdalam dari masyarakat muslim Desa Pujiharjo, khususnya sekitar Masjid Hidayatul Mubtadi’in kepada para donatur, BSI Maslahat Umat Regional VIII dan Mandiri Amal Insani. “Kami berterima kasih telah memberikan bantuan dan perhatian tidak terhingga kepada umat muslim di sini. Semoga kebaikan-kebaikan saudara semuanya tercatat sebagai amal jariyah”, ujar Ustadz Safiin kepada tim PPPA Daarul Qur’an sebelum beranjak meninggalkan masjid.