Kisah Fika Khayyira Annavi, Santri Yatim Piatu Penghafal Al Qur'an

Menjadi seorang penghafal Al-Qur'an merupakan impian seorang Fika Khayyira Annavi (11). Di usianya yang baru menginjak 9  tahun, Ira sapaan akrabnya meminta kepada orang tua sambungnya untuk dapat mondok dan belajar menghafal Al Qur'an. Sekarang, ia tercatat sebagai santri di Rumah Tahfidz Al Mabrur. 

Kisah Fika Khayyira Annavi, Santri Yatim Piatu Penghafal Al Qur'an
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran

Menjadi seorang penghafal Al-Qur'an merupakan impian seorang Fika Khayyira Annavi (11). Di usianya yang baru menginjak 9  tahun, Ira sapaan akrabnya meminta kepada orang tua sambungnya untuk dapat mondok dan belajar menghafal Al Qur'an. Sekarang, ia tercatat sebagai santri di Rumah Tahfidz Al Mabrur. 

Kecelakaan maut yang terjadi lima tahun silam telah merenggut nyawa kedua orang tua Ira. Ira yang saat itu masih duduk di kelas 1 SD satu - satunya yang berhasil diselamatkan. Kini Ira yang merupakan anak tunggal, tinggal bersama orang tua sambung yang menyayanginya layaknya anak sendiri. Di keluarga sambung inilah, ia justru termotivasi untuk menghafal Al-Qur'an 30 juz. 

"Ira pengen ngafalin Qur'an setelah melihat kakak. Kakak juga mondok, trus dikasih tau kalau ngafalin Qur'an itu bisa menjadi kado terbaik untuk orang tua di akhirat kelak. Abis itu Ira bilang kalo pengen ngafalin Al Qur'an juga", ungkapnya.

Keinginan Ira pun disambut dan didukung penuh oleh orang tua sambungnya yang kemudian mendaftarkan ia ke Rumah Tahfidz yang berlokasi di Kecamatan Tembalang, Kota Semarang.

Gadis yang memiliki hobi membaca ini menuturkan bahwa awal-awal berada di Rumah Tahfidz itu yang paling berat bukan saat menghafalkan Al Qur'an. Tapi saat harus bangun sholat malam, sholat tahajud.

"Kalau ngafalin Al Qur'an itu senang, malah semangat pengen bisa khatam 30 juz. Yang susah justru kalau pas tahajud, suka ngantuk apalagi pas sujud. Jadi kadang sujudnya lama karena agak tertidur", tuturnya seraya tersenyum malu. 

Gadis kecil yang suka menghafal kala subuh ini mengatakan, ia bersama santri lain wajib menyetor hafalannya setiap hari, yang terbagi dalam tiga waktu formal, yakni bakda subuh, dhuha, dan bakda isya'. Saat ini baru 2 juz yang sudah dihafalnya, karena awal masuk Rumah Tahfidz tidak langsung belajar menghafal tapi belajar Tahsin terlebih dahulu agar tepat bacaannya sesuai kaidah.

Tak hanya ingin menjadi penghafal Al Qur’an, Ira yang sehari-harinya ikut Home Schooling ini memiliki cita-cita menjadi seorang dokter agar dapat mengobati orang-orang yang sakit. Demi menggapai segala impiannya, Ira yang masih belia ini bertekad akan belajar dengan rajin. Ira ingin membanggakan bapak ibunya diakhirat nanti dengan memberikan keduanya mahkota dan jubah kemuliaan berkat hafalan Al Qur’annya. 

Disamping itu Ira pun ingin membalas segala kebaikan orang tua sambungnya dan seluruh orang yang udah sayang dan baik kepadanya. Semoga semangat Ira dapat menjadi motivasi anak-anak lainnya untuk bisa memiliki cita-cita sebagai penghafal Al Qur’an.

Oleh : Shinta, PPPA Daarul Qur'an Semarang