Meriah Bercampur Haru, Seperti Itulah Wisuda Rumah Tahfidz Al-Anshor

Meriah Bercampur Haru, Seperti Itulah Wisuda Rumah Tahfidz Al-Anshor
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran

Anak-anak dengan pakaian merah-merah lengkap dengan selempang berwarna emas menunggu namanya dipanggil untuk naik panggung. Sementara orang tua mereka menunggu di bilik yang berbeda. Tak kalah cemas, para orang tua pun menantikan nama anak-anaknya disebut.

Mereka adalah wisudawan dan wisudawati Rumah Tahfidz Al-Anshor, Pondok Gede, Kota Bekasi, Jawa Barat. Mengingat, rumah tahfidz yang lahir dari Yayasan Al-Anshor Asmawiyah tersebut tengah menggelar wisuda tahfidz bagi para santrinya, Ahad (19/7) pagi.

Ustadz Nafis Qurtubi, pengasuh Rumah Tahfidz Al-Anshor mengatakan bahwa ini adalah acara wisuda yang kelima sejak diresmikannya program rumah tahfidz di yayasan binaannya. Namun tak semua santri dapat diwisuda, karena hanya mereka yang sudah mutqin atau benar-benar hafal yang berhak untuk menjadi peserta wisuda.

"Ini panggung yang sangat mahal, hanya bisa untuk penghafal Qur'an mutqin," ungkap Ustadz Nafis dalam sambutannya dalam acara tersebut.

Ungkapan itu dibuktikan dengan prestasi yang dicapai para wisudawan kali ini. Dari 15 santri yang diwisuda, sebagian besar dari mereka meraih predikat jayyid jiddan atau baik sekali. Sementara satu santriwati berhasil mencapai mumtaz atau sempurna karena hafalannya yang mutqin.

Ustadz Muhammad Halimi selaku perwakilan dari Rumah Tahfidz Center (RTC) yang hadir pada acara tersebut pun memberikan sambutan sekaligus nasihatnya kepada wisudawan dan para hadirin. Ia berterima kasih kepada masyarakat yang mendukung berkembangnya rumah tahfidz di seluruh Indonesia, salah satunya Rumah Tahfidz Al-Anshor.

"Jadi, bapak-ibu semuanya, yang anaknya pada pagi hari ini diwisuda, ini adalah suatu kemuliaan bagi anak-anak kita semua, karena satu tingkat sudah kita dapatkan, apalagi ilmunya adalah ilmu Al-Qur'an, itu luar biasa sekali," ucap Ustadz  Halimi.

Selaras dengan sambutan yang disampaikan oleh Ustadz Halimi yang mengatakan bahwa memiliki anak penghafal Qur'an adalah kemuliaan bagi setiap orang tua, para wali santri pun menyambut haru keberhasilan anak-anaknya yang berhasil diwisuda pada acara tersebut. Pada puncak acara, satu persatu wali santri naik panggung kemudian dipakaikan mahkota oleh buah hatinya.

Air mata pun seketika pecah. Tangis haru dari para wali santri yang bangga sebab anaknya dapat menghafal Al-Qur'an mengiringi jalannya acara. Tak hanya wali santri, para santri pun tak sedikit yang meneteskan air mata ketika mengenakan mahkota kebanggaan kepada orang tuanya.

Harapannya, acara wisuda ini menjadi ajang meningkatkan kualitas hafalan para santri. Sebab, menghafal saja belum cukup, namun harus dibarengi dengan murojaah agar hafalan bertambah kuat di ingatan. []