Miftah: Cita-citaku Ingin Jadi Menteri
Sebagian besar santri penghafal Al-Qur'an memiliki cita-cita ingin menjadi seorang pengajar. Mereka beralasan agar ilmunya dapat tersalurkan dan meneruskan dakwah Qur'an yang selama ini digeluti selama menajdi santri.
Namun, berbeda dengan Miftah Febrian. Ia adalah salah satu santriwati di Rumah Tahfidz Pondok Murottal Depok. Miftah, sapaan akrabnya memiliki cita-cita yang unik, yakni menjadi menteri perlindungan wanita.
Hal itu ia sampaikan saat ditemui di Rumah Tahfidz Pondok Murottal. Menurutnya, dengan menjadi menteri ia telah berjuang untuk Indonesia. Terlebih, yang diperjuangkannya adalah hak-hak wanita.
"Cita-citanya ingin jadi menteri perlindungan wanita," ungkap Miftah tersenyum malu.
Menjadi menteri berarti menadi seorang pemimpin. Sedangkan untuk menjadi pemimpin yang baik harus memiliki kedisiplinan yang baik pula. Hal itulah yang dipegang teguh oleh Miftah hingga saat ini. Ia selalu belajar disiplin dalam berbagai hal, termasuk menghafal Al-Qur'an.
Terbukti, kedisiplinannya pun membuahkan hasil. Tak lebih dari 17 bulan atau satu tahun lima bulan, Miftah dapat menyelesaikan hafalan Al-Qur'annya.
Ketika ditanya motivasinya dalam menghafal Al-Qur'an, Miftah dengan tegas menjawab kedua orang tuanyalah alasan terbesarnya. Ia ingin memberikan mahkota dan jubah kebanggaan kepada orang tuanya di akhirat.
"Motivasi terbesar itu adalah orang tua, Miftah itu ngafal berdasarkan hadits yang tentang penghafal Qur'an itu nanti memberikan 10 syafaat kepada orang yang dicintainya," tuturnya.
"Untuk ayah dan ibu, dengan hafalnya Miftah 30 juz ini insyaAllah akan memberikan kebahagiaan untuk ayah dan ibu di dunia dan akhirat, terutama di akhirat, dan insyaAllah Miftah akan kasih mahkota dan jubah untuk ayah dan ibu," imbuh Miftah. []