Okta Ingin Jadi Hafizhah
Okta, sapa teman-temannya, kini duduk di kelas satu sekolah dasar di SD Negeri Sidomulyo, Purworejo. Perjalanan ke sekolah hanya lima menit dari rumah tetapi Ibu Okta memilih mengantarkanmua langsung. Mengingat medan yang berliku dan perbukitan. Saban pagi Ibu Okta mengantarkannya ke sekolah sambil menggendong adiknya yang masih berusia 2 tahunan. Ketika pulang pun Okta dijemput oleh sang Ibu.
“Assalamu’alaikum, permisi,” sapa santri mungil dengan senyum manisnya sambil bersalaman dan berjalan menunduk melewat. Ialah Rania Oktafiani, salah satu santri di Kampung Qur’an Rukem, Purworejo.
Okta, sapa teman-temannya, kini duduk di kelas satu sekolah dasar di SD Negeri Sidomulyo, Purworejo. Perjalanan ke sekolah hanya lima menit dari rumah tetapi Ibu Okta memilih mengantarkanmua langsung. Mengingat medan yang berliku dan perbukitan. Saban pagi Ibu Okta mengantarkannya ke sekolah sambil menggendong adiknya yang masih berusia 2 tahunan. Ketika pulang pun Okta dijemput oleh sang Ibu.
Ayah Okta bekerja di Bekasi menjadi buruh bangunan. Ibunya pun memilih menjadi ibu rumah tangga dan mengurus anak-anaknya yang masih kecil. Ibu Okta juga harus merawat orang tuanya yang sudah renta.
Kakek Okta sudah sepuh sehingga lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Namun, kadang pergi ke sawah sekedar mencari pakan ternak. Berbeda dengan sang kakek, nenek Okta di usianya yang sudah lanjut masih bekerja untuk membantu perekonomian keluarga. Setiap pagi nenek Okta berangkat bekerja menuju pengepul untuk menyortir cengkeh.
Ibu Okta ingin anaknya bisa menjadi penghafal Qur’an. Keinginan itu pun menjadi semangat Okta untuk belajar Al Qur’an. Sejak usia 4 tahun Okta sudah ikut mengaji di TPQ Miftahul Huda.
“Sekarang aku sudah bisa hafalan surat-surat pendek mbak,” ungkap Okta sambil meringis.
Saban sore, ba’da ashar hingga pukul 5 sore, Okta mengaji di TPQ Miftahul Huda, kecuali hari Ahad karena setiap Ahad TPQ diliburkan. Tidak hanya di TPQ saja, saban sabtu selepas sekolah, Okta mengikuti ekstra sekolah untuk belajar Qur’an dan menghafal.
“Kalo sabtu itu pulang sekolahnya jam 11 mbak, tambah 1 jam buat ikut anak beriman. Nanti diajarin ngaji sama hafalan juga,” jelas Okta .
Okta rajin dan tekun untuk belajar Al Qur’an, besar harapan ia menjadi seorang hafizh. “Pengen bisa Qur’an kayak yang di televisi itu mbak,” ungkapnya malu-malu.
Ia senang melihat acara Hafizh Qur’an di televisi. Hal tersebut menjadi dorongan bagi Okta untuk bisa menghafal Qur’an. Senyumnya bertambah lebar ketika ia menerima bingkisan alat tulis dan meja belajar agar lebih bersemangat belajar dan menghafal Qur’an. Semoga cita-cita baik Okta bisa segera terwujud. Aamiin.