Peduli Nasib Pengajar Rumah Tahfidz se-Kota Banjarmasin

Peduli Nasib Pengajar Rumah Tahfidz se-Kota Banjarmasin
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran

Rumah tahfidz semakin dilirik oleh masyarakat karena perannya yang tak kalah vital jika dibandingkan dengan pendidikan formal. Berbeda dengan SD, SMP hingga SMA, pola pendidikan di rumah tahfidz lebih mengacu pada dirosah Islamiyah dan tahfidzul Qur'an.

Meningkatnya hasrat para orang tua yang menginginkan anak-anaknya menjadi penghafal Qur'an ternyata menjadi salah satu sebab utama melambungnya nama rumah tahfidz di kalangan masyarakat Indonesia. Kini rumah tahfidz pun menjadi pilihan bagi orang tua dalam mengenalkan pendidikan agama, mulai dari fiqih hingga menghafal Al-Qur'an.

Semua itu tak lepas dari peran para pengajar atau guru ngaji yang siap siaga membimbing santri-santrinya di rumah tahfidz. Mereka kini sudah bisa disetarakan dengan guru-guru serta bergelar pahlawan tanpa tanda jasa.

Akan tetapi, sama halnya dengan kisah para guru, pengajar rumah tahfidz pun masih kerap dipandang sebelah mata. Pengabdian luar biasa para pengajar tak sebanding dengan apa yang mereka terima, yakni honor mengajar.

Nasib para pengajar ini pun sempat menjadi perhatian Rumah Tahfidz se-Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Organisasi yang membawahi sejumlah rumah tahfidz ini pun berupaya keras mendorong peningkatan kesejahteraan para pengajar.

Untuk diketahui, organisasi tersebut berdiri di bawah garis Koordinator Daerah Rumah Tahfidz wilayah Kalimantan Selatan yang bernaung di bawah naungan Rumah Tahfidz Center, yakni program pendidikan dan dakwah yang dilahirkan oleh PPPA Daarul Qur'an.

Banyaknya pengajar yang hidup jauh dari kata layak membuat Ida Komalasari, Ketua Rumah Tahfidz se-Kota Banjarmasin, turun tangan dan terus memperhatikan kesejahteraan mereka. Menurutnya, meskipun sebagian besar dari mereka mengatasnamakan pengabdian, namun jerih payah untuk memajukan umat terutama generasi muda tetap harus diperhatikan.

"Selain meningkatkan kapasitas para pengajar, fokus kami adalah bagaimana mendorong kesejahteraan para tenaga pengajar seperti ustadz maupun ustadzah," terang Ida, kepada wartawan usai rapat pengurus di Rumah Tahfidz Daarul Ilmi, Sabtu (25/7), dikutip dari Metro Kalimantan.

Ia berharap pemerintah pun dapat ikut andil dalam mensejahterakan para pengajar rumah tahfidz. Karena dirinya berkaca dari peranan pemerintah daerah Sumatera Selatan yang memberikan apresiasi kepada para pengajar.

“Mudah-mudahan pemerintah, apakah Provinsi Kalsel ataupun Kota Banjarmasin, memberikan perhatian penuh juga kepada pengajar di seluruh rumah tahfidz, seperti halnya honor daerah. Semoga saja pemerintah menganggarkan seperti halnya di Sumatera Selatan yang memberikan apresiasi bagi 1000 ustadz dan ustadzah yang mengajar di rumah tahfidz,” harap Ida.

Sementara itu, Koordinator Daerah Rumah Tahfidz wilayah Kalimantan Selatan, Ustadz Darussaleh mengatakan, persoalan kesejahteraan tenaga pendidik seperti pengajar di rumah tahfidz memang sudah sepatutnya dilakukan. Meskipun ia mengakui banyak para pengajar yang justru tidak begitu mempersoalkan besaran honor.

"Kualitas rumah tahfidz Qur'an tidak kalah dengan lembaga pendidikan lainnya, dalam proses mengajar untuk kesejahteraan para ustadz dan ustadzah, memang ada infak yang diberikan, meskipun bukan itu tujuan utama," jelasnya.

Sebab, baik para pengajar rumah tahfidz dan guru ngaji lainnya mengajar karena keikhlasan dan pengabdian untuk mendidik santri penghafal Qur'an. Orientasi mereka hanya Allah semata. []