Refleksi Asyura Santri Jailolo

Refleksi Asyura Santri Jailolo
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran

Sembari berbuka puasa Asyura bersama, para santri memurojaah kenangan. Tiga tahun lalu gempa melanda Jailolo, Halmahera Barat, Maluku Utara tepatnya 20 September 2015 lalu. Kala itu, lebih dari 200 rumah rusak khususnya di Bobanehena. Alhamdulillah, Allah menakdirkan tim Siaga Bencana (SIGAB) PPPA Daarul Qur’an membangun rumah sert mengukuhkan imam masyarakat muslim setempat dengan menyelipkan dakwah Qur’an dalam setiap akitivitas dan mendirikan Kampung Qur’an.

Lahan dakwah itu kini menjadi mutiara di Halmahera Barat meski dalam perjalanannya dihiasi onak dan duri. Kemarin (18/9), Bobanehena yang kini memiliki rumah tahfizh Daarul Qur’an kedatangan rombongan tamu dari Kementrian Agama Maluku Utara. Mereka mengapresiasi gerakan dakwah Qur’an di Jailolo. Mereka berharap para santri Rumah Tahfizh Bobanehena dapat mengharumkan nama provinsi di kancah Nasional bahkan Internasional dengan Alqur’an.

Pada kesempatan refleksi malam ini, Ustadz Sofyan Pembina Kampung Qur’an Bobanehena bersyukur Allah memberikan musibah gempa untuk Jailolo khususnya di Desa Bobanehena. Sofyan yakin ada hikmah dibalik bencana, buktinya kini dakwah Qur’an berjaya di kampungnya.

"Kalo trada gempa tong samua tra bisa baku kenal. Kalo trada gempa rumah tahfizh tra berdiri, barang gara-gara gempa saung Rumah Tahfizh Bobanehena bisa berdiri di sini. Kalo trada gempa tong pe teman-teman tra akan ada yang dikirim ke Pesantren Takhassus. Mungkin bagi banyak orang gempa adalah musibah, tapi bagi saya justru gempa membawa berkah," tuturnya.

Selain Jailolo, PPPA Daarul Qur’an juga mendirikan Kampung Qur’an di sejumlah daerah seperti Merapi (Yogyakarta), Lembanna (Sulawesi Selatan), Oe Ue (Nusa Tenggara Timur) dan Rukem (Purworejo). Kampung Qur’an merupakan upaya PPPA hadir di tengah masyarakat marginal, terpencil, minoritas, kawasan bekas bencana dan jauh dari peradaban.

Dakwah Islam dan Qur’an sudah pasti sangat dibutuhkan. Pendekatan melalui pembangunan infrastruktur sembari menyelipkan nilai-nilai tahfizhul Qur’an diharapkan mampu menciptakan kawasan religius dan melahirkan para penghafal Qur’an di tengah peradaban kaum marginal tersebut.