Satu Dekade Rumah TahfidzQu

Satu Dekade Rumah TahfidzQu
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran

Siti Hariyani mengenang kembali pada November 2009. Satu dekade yang lalu, saat rumah tahfidznya dirilis di Jalan Deresan 3 Nomor 4, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bersama KH Yusuf Mansur.

Dari satu rumah kontrakan dekat Masjid Nurul Ashri, program sekaligus gerakan dakwah tahfidzul Qur’an bernama rumah tahfidz bermula kini telah menjamur di berbagai wilayah di Indonesia dan dunia. Rumah Tahfidz itupun kini menjelma menjadi satu pesantren dengan 400 lebih santri mukim dan 700 lebih santri non mukim, Rumah TahfidzQu kini berkembang menjadi Pesantren SahabatQu.

Satu Dekade yang baru sempat dirayakan 29 Februari 2020 lalu di Aula Pesantren SahabatQu juga mengisahkan keinginan Jody Brotosuseno, Pembina Yayasan Rumah Tahfidz Indonesia yang juga pemilik usaha Waroeng Group, tentang pengembangan dakwah yang tidak boleh berhenti berinovasi. “Jalan dakwah harus kreatif untuk anak-anak muda hari ini. Dakwah lanjutan harus dilakukan dengan cara-cara yang berbeda dan kreatif,” terangnya disela sambutan acara.

“Mengabdi” menjadi tajuk helatan acara Satu Dekade Pesantren SahabatQu. Benar adanya, Kampung Deresan di tepian ring road utara Yogyakarta kini berubah ramai dengan para santri, jamaah, dan kunjungan dari berbagai wilayah. Basis kehidupan masyarakat Kampung Deresan terasa lebih Qur’ani dari waktu-waktu sebelumnya, seperti yang dijelaskan beberapa tokoh kampung melalui tampilan video di depan para jamaah acara Satu Dekade Pesantren SahabatQu.

Kenangan memulai gerakan Rumah Tahfidz pun dilanjut oleh KH Yusuf Mansur di depan para jamaah. Kali ini KH Yusuf Mansur mengajak jamaah untuk mentaddaburi Surat Al-Baqarah ayat 127 tentang bagaimana berlanjutnya pembelajaran dan hikmah perjuangan dari Ibrahim as. ke Ismail as., juga Musa as. dan Harun as. yang akan terus berulang di kehidupan para pendakwah hari ini, tentunya dengan tantangan yang terus bertambah.

Menjelang Zuhur, KH Yusuf Mansur pun mengingatkan sekaligus menyemangati para hadirin untuk terus menjadi satu kekuatan untuk dakwah Al-Qur’an. Dengan belajar dari Ibrahim as. dan Ismail as. yang membangun dasar-dasar dakwah dengan keyakinan karena Allah SWT.

Tambahnya kepada para pengajar dan penggerak rumah tahfidz untuk selalu berdoa kepada Allah SWT, meminta anak cucu dan generasi penerus yang lebih baik sebagai penyempurna juga untuk saling melengkapi dan berbagi peran. Pesannya untuk jamaah, bahwa umat Islam hari ini butuh saling menguatkan lewat doa dan ikhtiar, bukan untuk saling menyalahkan dan menjatuhkan.

Pada akhir tausiyahnya, KH Yusuf Mansur pun berpesan bahwa generasi awal wajib menyederhanakan prinsip-prinsip bangunan dakwah, seperti agama Islam dengan lima rukun Islam, dan generasi peneruslah yang akan membuat turunan-turunan dari bangunan dakwah itu agar Islam bisa lebih besar dan tertata dengan sangat mudah. “Kita bangun simplicity di atas kompleksitas dakwah hari ini, dan ini seni manajemennya,” tutup Dewan Pendiri Daarul Qur’an di hadapan ratusan jamaah yang hadir menutup waktu tausiyahnya. (maulana/ara)