Semangat Khataman Qur’an di Rumah Tahfidz Al-Islam
Khataman Al-Qur’an adalah salah satu kegiatan yang sering dilakukan di lingkungan para penghafal Al-Qur’an. Mengkhatamkan Al-Qur’an secara bersama-sama menjadi salah satu ikhtiar menjaga hafalan dan menemukan semangat baru.
Di tengah lonjakan Covid-19, para santri Rumah Tahfidz Al-Islam makin bersemangat mengikuti majelis khataman, Selasa (29/6). Sebanyak 24 santri mulai memenuhi aula Rumah Tahfidz yang belum selesai dibangun.
Setiap santri membaca Al-Qur’an dengan khusyu, hingga suara adzan berkumandang para santri telah menyelesaikan bacaannya. Tak lupa dalam majelis khataman tersebut Koordinator Rumah Tahfidz area Yogyakarta, Ustadz Ulil Absor alhafidz juga memberikan motivasi menghafal Al-Qur’an mengingat mayoritas para santri Rumah Tahfidz Al-Islam memang baru memulai menghafal Al-Qur’an ketika masuk Rumah Tahfidz.
Terletak di daerah perkotaan yaitu di Kecamatan Babarsari Yogyakarta, Rumah Tahfidz Al-Islam menjadi tempat bernaung dan menghafal Al-Qur’an di daerah urban Yogyakarta. Meski begitu, banyak santri mukim yang berasal dari luar kota, dengan total khusus santri mukim putri sekitar 20 anak yang rata-rata masih duduk di bangku SMP dan SMA, 12 santri di antaranya berasal dari Jawa Tengah.
“Ingat selalu 4T ketika sudah keluar dari sini, Tertib Belajar, Tertib Beribadah, Tertib Bekerja, dan Tertib Berakhlak Mulia di manapun berada. Mau tinggal di mana saja yang penting itu dipegang, nanti bertemu dengan lingkungan baru InsyaAllah bisa beradaptasi dengan baik dan diterima masyarakat,” ujar ustadz Mukhlisin mengingatkan para santri akan pedoman santri Al-Islam.
Siang itu selain khataman Al-Qur’an Ustadz Mukhlisin, salah satu pengasuh Rumah Tahfidz Al-Islam memberi beberapa wejangan pada beberapa santri yang kemarin berpamitan untuk melanjutkan studi di luar kota. Sebanyak empat santri Al-Islam Alhamdulillah telah diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN), ada yang di UNY, UNTIDAR, dan IAIN Salatiga.
Sofi adalah salah satu santri yang diterima dengan beasiswa Bidik Misi, ia akan masuk di jurusan Pendidikan Biologi. Sebelumnya Sofi tak pernah kepikiran untuk dapat kuliah, ia adalah santri yang berasal dari daerah pelosok desa di Kabupaten Magelang. Orang tuanya adalah buruh tani yang penghasilannya hanya pas untuk makan sehari-hari.
“Dulu tadinya mau masuk SMK biar keluar bisa langsung bekerja, tapi di sini ada beasiswa akhirnya masuk MAN. Semenjak tinggal di sini kami menjadi menemukan semangat belajar sampai setinggi-tingginya. Ibuk dan Bapak menjadi teladan kami dengan kera-kerja ikhlasnya yang tulus mendidik kami,” ungkap Sofi.
Belajar dan belajar adalah hal yang terus ditanamkan Ustadz Mukhlisin dan Ibu Somiyatun, istrinya. Sebagian besar santri Al-Islam yang berasal dari berbagai latar belakang, termasuk dari lingkungan yang kurang mendapat dukungan dalam hal pendidikan menjadi sadar akan pentingnya belajar. Tak heran bahkan beberapa santri bercita-cita untuk teras sekolah.. Dengan berbekal ilmu mereka berharap dapat menggapai masa depan yang lebih cerah dan mengangkat derajat orangtua. []
Oleh: Umi Nurcahyati, PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta