Babat Alas, Membuka Pintu Kemanusiaan

Senin (21/11/2022) kantor PPPA Daarul Qur'an di Kota Tangerang, Banten, bergetar. Penyebabnya adalah gempa bumi yang berpusat di Cianjur, Jawa Barat. Menurut BMKG gempa bumi tersebut terjadi pada titik koordinat di 6,83 derajat LS dan 107,06 derajat BT, kedalaman 5 kilometer. Sore harinya, Tim Sigab yang dikomandoi oleh Sunaryo berangkat menuju ke lokasi. Ia bersama dua personel lainnya melakukan asesmen awal.

Babat Alas, Membuka Pintu Kemanusiaan
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran

Senin (21/11/2022) kantor PPPA Daarul Qur'an di Kota Tangerang, Banten, bergetar. Penyebabnya adalah gempa bumi yang berpusat di Cianjur, Jawa Barat. Menurut BMKG gempa bumi tersebut terjadi pada titik koordinat di 6,83 derajat LS dan 107,06 derajat BT, kedalaman 5 kilometer.

Tak berselang lama, Tim Siaga Bencana atau Sigab PPPA Daarul Qur'an merespon kejadian tersebut. Sore harinya, Tim Sigab yang dikomandoi oleh Sunaryo berangkat menuju ke lokasi. Ia bersama dua personel lainnya melakukan asesmen awal.

Namun, perjalanan menuju ke Cianjur tak mudah. Sebab jalur puncak terputus total karena tanah longsor yang menutup badan jalan, tepatnya di Jalan Nasional Cugenang, Cianjur sebelum area tapal kuda.

Oleh sebab itu, Sunaryo pun memutuskan untuk melalui jalur Jonggol. Namun ternyata jalur tersebut juga tak semudah yang dibayangkan, kemacetan mengular sampai Cianjur. Terhitung, waktu yang ia butuhkan lebih dari delapan jam yang sejatinya bisa ditempuh hanya dalam dua jam perjalanan.

Selasa (22/11/2022) sekitar pukul 02.00, Sunaryo dan tim melihat dengan mata kepala sendiri betapa porak-porandanya bangunan di Cianjur. Jalan yang ia lalui pun begitu gelap karena padamnya arus listrik.

Tugas pertamanya adalah menelusuri lokasi dan menentukan posko bencana. Ketika itu, Jalan Nasional Cugenang masih begitu sepi, selain karena warga yang mengungsi, juga belum adanya bantuan yang masuk ke area tersebut.

Sunaryo pun menelusuri beberapa tempat untuk dijadikan posko bencana di sepanjang Jalan Nasional Cugenang. Ketika itu, jalanan tersebut belum seramai sekarang. Hanya ada kendaraan yang lalu lalang.

"Jadi, waktu itu mah di sini juga masih sepi, belum kayak sekarang yang udah rame banget begini," ujarnya.

Sunaryo dan kawan-kawan melakukan 'babat alas' terlebih dahulu di kawasan tersebut. Hingga akhirnya menemukan spot yang paling cocok yaitu di area D'Ratna Cafe and Resort yang lokasinya sekitar 500 meter dari jalan utama.

D'Ratna Cafe and Resort sejatinya merupakan kawasan wisata bahari yang dimiliki pribumi setempat. Namun, saat kondisi bencana tempat tersebut disulap menjadi kawasan posko darurat.

Hari pertama di Cianjur, Tim Sigab melakukan pendataan dan mencatat daftar kebutuhan mendesak para penyintas bencana. Sepanjang hari Sunaryo dan kawan-kawan mempersiapkan posko bencana yang layak untuk ditinggali sementara, termasuk membagikan makanan dan air minum.

Malam harinya, Tim Sigab istirahat di atas sebuah terpal di samping dapur umum milik warga. Dinginnya cuaca di Cianjur tak membekukan niat mereka untuk membantu warga terdampak.

"Hari pertama tidur di terpal samping dapur umum, masih dingin, tidur seadanya," ungkapnya.

Setelah melewati hari pertama yang sangat melelahkan, Tim Sigab kemudian mulai mendirikan tenda darurat pada hari keduanya. Dibantu warga sekitar, Tim Sigab berhasil mendirikan tenda darurat berukuran cukup besar.

Tenda tersebut kemudian didatangi oleg warga yang sudah tak memiliki tempat tinggal. Mereka datang bersama suami-istri, anak-anak, orang tua, saudara dan anggota keluarga lainnya.

Tidak berselang lama, dapur umum pun berdiri. Dapur tersebut sebelumnya sudah digunakan beberapa warga untuk memasak, namun fungsinya lebih masif ketika dikelola oleh PPPA Daarul Qur'an. Setidaknya, ibu-ibu yang bertugas di dapur akan membagikan 1.200 nasi bungkus setiap harinya.

H+2 pasca gempa bumi bukan jaminan untuk mengelak dari gempa susulan. Seluruh aktivitas Tim Sigab selalu diiringi oleh guncangan gempa. Bahkan Sunaryo mengatakan bahwa dalam satu hari ada 5-10 gempa bumi yang terasa.

"Kalau pas gempa susulan, biasanya warga di posko bareng-barang ngucap 'Allahuakbar', waktunya nggak bisa diprediksi, tapi ada saja, ada yang bikin kaget karena lumayan besar," ungkapnya.

Hingga Sabtu (26/11/2022) malam, gempa susulan masih terus terasa meski intensitasnya berkurang. Banyak posko bencana juga yang sudah didirikan oleh berbagai lembaga.

Sunaryo dan Tim Sigab lainnya tentu tidak bisa melupakan saat-saat ketika kawasan tersebut masih sangat sepi. Namun, mereka bersyukur karena perjuangan untuk membuka akses posko ternyata diikuti oleh berbagai pihak. Sehingga bantuan untuk para penyintas dapat tersalurkan dengan lebih efektif. []