Maya Terpaksa Putus Sekolah dan Fokus Menghafal Qur’an
Mayanda adalah santri di RTQ Badruzzaman Brebes. Gadis yang kerap disapa Maya itu menjadi satu dari dua santri mukim di Rumah Tahfizh tersebut. Satu santri lainnya tak lain adalah Ana, yaitu adik perempuannya sendiri.
Mayanda adalah santri di RTQ Badruzzaman Brebes. Gadis yang kerap disapa Maya itu menjadi satu dari dua santri mukim di Rumah Tahfizh tersebut. Satu santri lainnya tak lain adalah Ana, yaitu adik perempuannya sendiri.
Maya tidak melanjutkan sekolah sejak lulus dari bangku SMP. Sedangkan Ana tidak melanjutkan sekolah setelah lulus SD.
“Dulu sekolah di SMP Al-Islam Moga, tapi sudah tidak sekolah lagi, sekarang sama adik mau fokus menghafal Qur’an saja,” kata santri asal Pemalang tersebut..
Tinggi harap Maya untuk bisa turut mengikuti program kejar paket bersama sang adik demi bisa mewujudkan cita-citanya. Gadis 17 tahun itu bercita-cita ingin menjadi dokter. Meski sangat ia dambakan, namun ketika menyebutkan saja membuat nyalinya menciut.
Bukan tidak mau, namun keadaan ekonomi keluarga yang memaksanya berhenti sekolah. Lebih lagi saat ini ibunya yang sedang mengandung.
Ayah Maya menjadi tulang punggung keluarga. Ia berjualan di pasar dengan menjajakan kasur dan bantal. Sedangkan ibunya sebentar lagi melahirkan anak ketiganya. “Ibu sekarang tidak bekerja karena hamil, Insya Allah bulan depan lahiran," jelas Maya.
Sejak putus sekolah, Maya memutuskan untuk menghafal Qur’an bersama adiknya. Ia mengaku pernah mondok di Pemalang sebelum bergabung di RTQ Badruzzaman.
“Dulu sebelum di sini pernah mondok di Pemalang sama adik, tetapi tidak betah dan sekarang di sini, semoga betah,” ungkap Maya.
Ia sudah berada di RTQ Badruzzaman dan telah mengantongi hafalan Al-Qur'an sebanyak satu setengah juz. Besar harapan Maya untuk bisa khatam Al Qur’an dan menjadi hafizhah.
Walaupun tidak bisa melanjutkan sekolah formal tetapi semangat Maya untuk belajar tidak putus. Ia meneguhkan niatnya untuk menghafal Qur’an. Jarak RTQ Badruzzaman Brebes dari rumah yang memakan waktu dua jam dari rumahnya tidak menjadi kendala baginya.
Maya yang sebelumnya belum pernah menghafal Qur’an merasa tertantang untuk menekuninya. “Awalnya agak kaget karena belum pernah menghafal, dulu pas awal juga pernah sampai nangis karena belum bisa,” tutur Maya sambil tertawa kecil.
Lambat laun Maya pun terbiasa dengan kehidupan sebagai santri mukim. Mulai dari sholat Subuh berjamaah hingga ngaji binnadhor. Selesai mengaji, santri dipersilahkan untuk bersih-bersih dan melaksanakan piket kebersihan.
Setelah itu Maya menyiapkan hafalan Al-Qur'an yang nantinya akan disetorkan kepada asatidzah. Dalam sehari, ia biasanya menyetorkan hafalan Al-Qur'an sebanyak dua kali, yaitu siang dan sore. Ia bisa menyetorkan setengan halaman perharinya.
“Dulu pernah kesulitan pas di juz 30 itu, pas di surah Al-Muthaffifiin, sambil nangis sedikit,” terangnya.
Untuk memotivasinya dalam menghafal Al-Qur'an, PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta memberikan mushaf baru untuknya. Senyum haru terpancar dari wajah Maya ketika menerima mushaf baru hasil sinergi PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta dengan Beramaljariah.org dan Evermos. Dengan mushaf baru ini semoga menambah semangat Maya untuk terus menghafal Al Qur’an.