Jalan Pengabdian 30 Juz Al-Qur’an Yola

Yola sejak kecil terus menghafal Al-Qur’an hingga ketika ia madrasah ‘aliyah memutuskan untuk menjadi santri Pesantren Daarul Qur’an Takhassus Banyuwangi. Yola terus menjaga dan menambah hafalannya hingga ketika duduk dibangku kelas 2 ‘aliyah ia telah menghafal 30 juz Al-Qur’an. Menjadi seorang santri takhassus Daarul Qur’an, Yola diwajibkan untuk mengabdikan dirinya dalam mengajarkan Al-Qur’an untuk masyarakat luas ketika lulus ‘aliyah. Sembari menunggu waktu lulusnya, ia memanfaatkan untuk memurojaah hafalan Al-Qur’an. 

Jalan Pengabdian 30 Juz Al-Qur’an Yola
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran

Langit cukup terang, Kamis (26/1) di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Terlihat dua orang perempuan menyambut hangat dengan senyumannya di depan gerbang masuk Rumah Tahfizh Daarul Qur’an Ar Rafi. Mereka ialah assatidz yang mengabdikan dirinya menjadi fasilitator bagi para santri mukim ataupun non mukim di Rumah Tahfizh Daarul Qur’an Ar Rafi, salah satunya adalah Liauli Naula Yola (20) atau yang kerap disapa Yola. 

Yola sejak kecil terus menghafal Al-Qur’an hingga ketika ia madrasah ‘aliyah memutuskan untuk menjadi santri Pesantren Daarul Qur’an Takhassus Banyuwangi. Yola terus menjaga dan menambah hafalannya hingga ketika duduk dibangku kelas 2 ‘aliyah ia telah menghafal 30 juz Al-Qur’an. Menjadi seorang santri takhassus Daarul Qur’an, Yola diwajibkan untuk mengabdikan dirinya dalam mengajarkan Al-Qur’an untuk masyarakat luas ketika lulus ‘aliyah. Sembari menunggu waktu lulusnya, ia memanfaatkan untuk memurojaah hafalan Al-Qur’an. 

Tibalah dimana waktu pengabdian. Getar tubuhnya menunggu pengumuman tempat mengabdi yang akan ia habiskan 1 tahun lamanya. Rumah Tahfizh Daarul Qur’an Ar Rafi Tegal menjadi tempat Yola menghabiskan masa pengabdiannya. Santri asal Probolinggo ini merasa kalut ketika ditanya cita-citanya ke depan.

“Pengen kuliah tapi hafalan Qur’annya nanti bagaimana, kayak masih butuh belajar bisa bagi waktunya,” ungkap Yola dengan tersipu.

Begitu sayangnya Yola untuk terus menjaga hafalannya. Dosen, menjadi cita-cita yang ingin diwujudkan Yola. Besar harapnya ingin berkuliah dan mewujudkan cita-citanya. Ketekunan Yola menjaga hafalannya dan keinginannya untuk menjadi dosen adalah hadiah untuk ayah dan ibunya, yang bekerja sebagai pedagang. 

Ibu Agustin, pendiri Rumah Tahfizh Daarul Qur’an Ar Rafi bangga kepada Yola dan dua orang temannya yang sedang pengabdian. Kesabaran dan semangatnya dalam mengajarkan Al-Qur’an baik kepada para santri mukim maupun non mukim serta ibu-ibu desa sekitar Rumah Tahfizh Daarul Qur’an Ar Rafi.

Besar harapannya agar Rumah Tahfizh Daarul Qur’an Ar Rafi dapat menjadi jembatan santri untuk mengkhatamkan Al-Qur’an. Dengan hafalan yang telah ia miliki pula, terdapat harapan untuk menularkannya kepada para santri lain, “Semoga santri pada semangat menghafal dan menjaga hafalannya agar Al-Qur’an selalu mengiringi setiap cita-cita mereka,” ungkap Yola sebelum salah satu santri memanggilnya meminta disimak hafalannya.