Kekuatan Itu adalah Kampung Qur'an
Sebelas titik longsor mengoyak Kampung Rukem, Purworejo pada Juni 2016 lalu. Minim bantuan, akses jalanan tertutup tiga longsor besar, hanya puluhan kardus mie instan dan berkarung-karung baju bekas dioper dari bawah bukit ditumpuk di pelataran Mushola Miftahul Huda. Seorang bocah dan orang tuanya ditemukan tewas di atas dipan di bawah guguran tanah dari atas lereng bukit di belakang rumahnya. Beberapa selamat, bersembunyi dalam lemari kayu tua, kambing dan banyak hewan ternak menjadi bangkai dalam tanah dimana air meresap dan mengaliri sungai yang biasanya dikonsumsi warga.
Tiga hari hingga satu pekan, hanya mie instan dan setumpuk besar baju bekas yang tak lekas dibongkar oleh warga. Dapur Umum PPPA Daarul Qur’an dibangun sejak hari ketiga paska longsor. Pembersihan satu-satunya akses jalan penyaluran bantuan oleh relawan PPPA, warga Rukem, dan beberapa relawan lokal untuk mendistribusikan sayur mayur, susu, beras, tungku dan lauk pauk untuk sekian ratus pengungsi kampung Rukem. Masih teringat, punggung basah kuyup dan aliran peluh di kening basah mengkilat di terik siang kemarau Ramadan 2016. Kerongkongan kerontang membuat sering menelan ludah untuk mengangkat pacul dan “tenggok” bambu pengangkut tanah basah longsor.
Tiga bulan setelah bencana, warga Kampung Rukem bangkit. Bersama membenahi kampung, hingga dibangunnya instalasi air bersih 18.000 liter untuk warga, perpustakaan, dan Mushola Miftahul Huda yang kian gagah. Warga kampung Rukem telah siap dan berkomitmen untuk menghafal Al-Qur’an dan menjadi Kampung Qur’an PPPA Daarul Qur’an.
2018, kurang dari dua tahun pasca bencana, puluhan anak-anak kampung yang kini menjelma santri telah menghafal Al Qur’an juz 30-nya, juga para ibu yang sedang melanjutkan juz kedua hafalannya. Sedangkan para bapak, masyuk membaca buku sejarah dan membedah kitab-kitab hadits dari Imam Bukhari dan Imam Syafi’i setelah sholat Isya’. Mushola Miftahul Huda yang gagah acap menggelar tabligh akbar dan setidaknya ada warga dari tiga kampung yang sering berkunjung untuk mengkaji ilmu agama. Mbah Muldiharjo, salah seorang sesepuh Kampung Rukem, kakek delapan puluh tahunan itu pun banyak mengucap syukur, dalam senyumnya air mata menetes penuh haru melihat perubahan total anak cucunya.
Hafalan Qur’an para warga terus berlanjut, seakan terus berbenah, kini warga kembali menguatkan diri bersama PPPA Daarul Qur’an. Para ibu tetap mengulang hafalan Qur’an-nya sembari mengolah buah talas menjadi produk Chitaro, keripik talas dengan berbagai rasa, untuk dijual dan menambah pendapatan para ibu dan kas Mushola Miftahul Huda. Chitaro pun kini sudah merambah penjualan hingga Jakarta dan beberapa kota lain.
Para bapak, beberapa membudidayakan kambing Qurban bekerjasama dengan Qurban Istimewa (QUIS) Daarul Quran, tidak sekedar menghitung harga jual, tetapi juga menjamin dapat menyediakan kambing Qurban terbaik yang sangat layak dan sehat. Beberapa bapak yang lain menjadi pengrajin perkakas. Berbekal keahlian mendesain rancang bangun perkakas hingga arsitektur bangunan, para bapak ini rutin menerima pesanan produksi lemari kayu, pagar besi, hingga tenda acara.
Inilah anugerah kekuatan dari Allah SWT. yang tak ternilai. Bencana memang menghadirkan luka, namun para warga Kampung Quran Rukem lebih memilih untuk bangkit dengan kekuatan sendiri, PPPA Daarul Quran sebagai amil mendampingi dan memberi wadah untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki Kampung Rukem. Karena pendampingan dan penguatan adalah proses amil untuk menanamkan sikap mandiri dan pemberdayaan selalu berkisah tentang menumbuhkan kekuatan yang ada pada diri warga. Sedang, hafalan Quran para warga sesungguhnya adalah ihtiar untuk tetap dekat pada yang Maha Perkasa dan Maha Kuasa agar kekuatan senantiasa beriringan bersama program Kampung Quran PPPA Daarul Quran. Aamiin.