Lolos WTN 2022 Kategori 30 Juz , Muhammad Ali Yusuf: Al-Qur’an Mengubah Hidupku
Menempuh pendidikan dan jauh dari orang tua telah dijalani oleh Muhammad Ali Yusuf. Terhitung lima tahun, sejak duduk di bangku SMP Ali sudah tinggal di Yogyakarta. Hingga saat ini, Ali menjalani pengabdiannya di Rumah Tahfidz Al-Hidayah, Kota Yogyakarta.
Menempuh pendidikan dan jauh dari orang tua telah dijalani oleh Muhammad Ali Yusuf. Terhitung lima tahun, sejak duduk di bangku SMP Ali sudah tinggal di Yogyakarta. Hingga saat ini, Ali menjalani pengabdiannya di Rumah Tahfidz Al-Hidayah, Kota Yogyakarta.
Satu dari tiga peserta Wisuda Tahfidz Nasional asal Yogyakarta ini mengaku senang ketika dinyatakan lolos seleksi WTN 2022. Ali sangat menunggu kabar tersebut dan sangat bersyukur ketika menerima kabar bahwa dirinya dinyatakan lolos.
Pemuda asal Solo, Jawa Tengah ini mulai diarahkan untuk menghafal Al-Qur’an sejak kecil. Kedua orang tuanyalah yang membimbing Ali kecil untuk mulai menghafal. Ditambah dengan lingkungan yang memang sangat mendukung untuk ia menghafal Al-Qur’an. Anak ketiga dari enam bersaudara ini pertama kali menyelesaikan hafalan 30 juz saat duduk di bangku kelas 6 SD. Kemudian, khatam lagi saat awal-awal masuk SMA.
Bagi Ali menghafal Al-Qur’an banyak sekali rintangannya, tidak semudah sekali duduk hafal lalu selesai seperti membaca buku. Tak jarang Ali menemui kesulitan pada ayat-ayat tertentu saat menghafal.
“Biasanya kalau lagi down atau susah banget hafal, kata guru saya tetap disuruh membaca dulu aja. Pokoknya baca aja, nggak perlu dipaksa untuk hafal langsung, baca terus jangan sampai malah terputus bacaannya,” ujar Ali.
Seiring dengan perjalanan waktu, Ali kecil yang dulu diarahkan oleh orangtuanya untuk menghafal kini telah menemukan motivasinya. Kedekatan yang ia bangun dengan Al-Qur’an membuatnya semakin ingin terus memperdalam Al-Qur’an. Diantara Alasan atau motivasi kuatnya untuk menghafal adalah ingin menghadiahkan mahkota di surga untuk kedua orangtua dan ingin menjadi keluarga Allah dan mulia dengan jalan Al-Qur’an.
Satu yang tak kalah penting dan utama yaitu, Ali ingin bisa bermanfaat bagi sekitarnya dengan jalan Al-Qur’an. “Pengen bisa bermanfaat, ya jadi apa aja sih. Pengusaha misal, tentu dengan tetap membawa misi Al-Qur’an. Kita menghafal Al-Qur’an itu, tingkatan paling bagus atau yang baik lah bahasanya yaitu kalau Qur’annya masuk ke hati. Misalnya pas lagi baca terus terenyuh dan Al-Qur’an itu sendiri bisa sampai merubah hidup kita. Nah, saya ingin bisa merasakan itu dan masih terus berusaha. Itu tingkatan paling bagus,” pungkas Ali mengakhiri. []