Melihat Semangat Imam, Menghafal Qur'an Meski dengan Keterbatasan Fisik
Imam Sauja adalah salah satu santri baru di Rumah Tahfidz Nurul Yaqin At-Tanwir, Montong Tangar Desa Batu Kumbung, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Imam terlihat berbeda jika dibandingkan teman-temannya. Imam mengalami lumpuh, kondisi itulah yang membuatnya harus beraktivitas menggunakan kursi roda.
Imam merupakan anak dari pasangan Mariadi dan Mariyanti. Ayahnya hanya seorang buruh, keseharian ayahnya menggembala kerbau dan sesekali menjual rumput. Oleh sebab itu, Imam sudah terbiasa hidup sederhana bersama orang tuanya.
Bahkan, untuk membelikan kursi roda saja kedua orang tuanya masih kesulitan. Sehingga, selama ini Imam tak memiliki kursi roda. Untuk aktivitas sehari-harinya, ia selalu dibantu oleh orang tuanya.
Menurut Koordinator Daerah Rumah Tahfidz wilayah Lombok, Ustadz Hirmayadi Saputra, Imam datang ke Rumah Tahfidz Nurul Yaqin At-Tanwir diantar oleh kedua orang tuanya. Pada saat itu, Imam tak memiliki kursi roda. Ia hanya bisa duduk dan digendong orang tuanya kesana-kemari.
"Dia hanya bisa duduk, jadi dianterin pake motor saja," terang Ustadz Hirmayadi.
Adapun kursi roda yang Imam gunakan sekarang merupakan bantuan dari Ustadz Hirmayadi dan asatidz lainnya karena merasa iba dengan kondisinya. "Itu korsi rodanya alhamdulillah kita yang usahakan, karena orang tua tak mampu belikan," jelas Ustadz Hirmayadi.
Menurut Ustadz Hirmayadi, Imam datang dengan kepercayaan diri yang kuat untuk menghafal Qur'an. Meski bertemu dengan teman-teman barunya, ia tidak terlihat minder dengan kondisinya saat ini.
Terlebih untuk menghafal Qur'an, Imam mengaku ingin membahagiakan kedua orang tuanya melalui hafalan Al-Qur'an. Karena menurutnya, hanya itu yang ia bisa lakukan dengan keterbatasannya tersebut.
Hal itulah yang membuat Ustadz Hirmayadi kagum padanya. "Dan semangatnya menghafal Qur'an membuat saya terharu, mohon doa semoga ananda Imam terus semangat dan istiqomah," ujar Ustadz Hirmayadi.
Rasa kagumnya kepada Imam juga dirasakan oleh santri-santri Rumah Tahfidz Nurul Yaqin At-Tanwir lainnya. Menurut Ustadz Hirmayadi, santri lainnya pun terharu sekaligus bahagia melihat kawan barunya yang begitu semangat dalam menghafal Qur'an meski memiliki keterbatasan fisik.
"Santri yang lain terharu, bahagia, menjadi motivator, bahkan santri yang lain bergantian menggendong untuk sholat ke masjid, karena ke masjid berjarak sekitaran 50 meter dari rumah tahfidz," imbuhnya. []