Menghafal Al-Qur’an Jadi Jalan Hidup Pian

Menghafal Al-Qur’an Jadi Jalan Hidup Pian
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran

Keberadaan Al-Qur’an bagi Muhammad Alfiansyah adalah teman. Pria kelahiran 7 November 1996 itu mengawali hafalan Al-Qur’annya ketika menempuh semester lima di UIN Sumatera Utara. Kepadatan jadwal kuliah bahkan keaktifan dirinya di organisasi tidak membuat ia mengurungkan niatnya untuk menghafal Al-Qur’an.

“…ingin menjadikan hafalan Qur’an sebagai tema n sampai akhir hayat dan mendapat ridho Allah melalui hafalan,” ungkap Pian, sapaan akrabnya.

Perjalanan bersama Al-Quran tidak berhenti di sana. Petualangan pria asal Lubuk Pakam, Sumatera Utara itu dilanjutkan di Rumah Tahfidz Nur Hidayah, Yogyakarta. Di sana ia menghafal Al-Qur’an sembari melanjutkan pendidikan formalnya.

Hafalan Pian tak terhenti meski di tengah kesibukan sebagai mahasiswa akhir Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Bagi Pian, menghafal Al-Qur’an memang bukan suatu kewajiban. Jika dibilang menghafal Al-Qur’an adalah untuk menjaganya, bagi diri Pian bukan hanya sekadar itu. Karena ribuan eksemplar sudah tercetak, tersebar dan terjaga di mana-mana.

Sebagai anak pertama, keinginan untuk membahagiakan orang tua menjadi impian Pian. Hanya saja ia merasa bahwa belum bisa membahagiakan orang tua di dunia, dari segi materi sekalipun. Oleh karena itu, Pian mencari jalan lain, jalan yang dianggapnya lebih ampuh untuk memberikan kado terindah bagi kedua orang tua. Yaitu melalui hafalan yang ia perjuangkan. Tidak didapat di dunia, maka dipersembahkan di akhirat.

Ngomongin soal bahagiain orang tua, saya bisa kasih apa? Dari segi materi saya belum mampu, belum bisa kasih apa-apa. Jadi saya cari jalan lain aja melalui hafalan ini, semoga bisa memuliakan mereka,” ujarnya.