Tontonan Jadi Tuntunan, Antarkan Remaja Pecinta Game Hafal 30 Juz

Tontonan Jadi Tuntunan, Antarkan Remaja Pecinta Game Hafal 30 Juz
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran

Masih tersimpan jelas dalam memori remaja berusia 17 tahun bernama Muhammad Farhan Luqmanul Hakim alasan mengapa dirinya bisa sampai di Rumah Tahfidz Zulfa Qurrota A'yun. Bukan perjalanan yang mudah bagi remaja berkulit sawo matang ini untuk mengkhatamkan hafalan 30 juznya.

Berawal dari keinginan orang tua setelah menonton acara KH. Yusuf Mansur di salah satu stasiun televisi swasta. Kala itu Farhan yang masih duduk di bangku kelas 3 SD, dengan keluguan sikapnya, anak terakhir dari dua bersaudara ini bersedia diberangkatkan oleh orang tua untuk belajar di Rumah Tahfidz yang berada di Purbayan, Kotagede, Yogyakarta.

Tahun demi tahun berhasil dilewati. Berangkat dari tidak ada keinginan untuk menghafal, kemudian ikut-ikutan teman mengaji, akhirnya ia menemukan ritme dan kenikmatan dalam menghafal Al-Qur’an. Dorongan dan motivasi dari Ustadzah Hana yang selama ini mendampingi seluruh santri termasuk Farhan, terus mengalir tidak pernah kering.

"...Al-Qur'an itu ilmu yang harus disiapkan, bukan hanya bekal dunia tapi juga akhirat. Jika kamu cari ilmunya asal-asalan yang didapat juga akan asal-asalan. Kalau mencarinya sungguh-sungguh dan baik, yang didapat ya itu...." ungkap Ustadzah Hana.

Sama seperti anak baru gede pada umumnya. Remaja kelahiran 12 Maret 2003 ini mengalami masa pasang surut dalam menghafal. Bukan hanya sekedar pengaruh lingkungan pertemanan, namun juga pengaruh dari dunia game yang menjadi hobinya.

"...pokoknya harus disingkirkan dulu gamenya kalau pas mau hafalan, bahkan kalau mengganggu, hp-nya lebih baik saya matikan, sampai hafalan saya selesai..." tutur Farhan di sela-sela obrolan.

Tidak lolosnya dari salah satu universitas negeri di Yogyakarta, juga menjadi salah satu ujian hidup yang dialami Farhan. Namun hal tersebut ternyata sama sekali tidak membuat remaja lulusan MAN 4 Bantul tahun 2021 ini meratapi kesedihan.

"... awalnya sih ya gitu, tapi sebentar aja sih, mungkin memang belum sekarang, siapa tahu tahun depan. Mungkin biar fokus untuk melanjutkan belajar ngaji kitab dulu."

Pikiran positif dalam diri Farhan, membuat dirinya tumbuh menjadi pribadi yang pantang mundur, dan terus optimis.