Pejuang Al-Qur’an Itu Bernama Abah Khozin
Begitu sopan dan sederhana saat kami bertemu. Ia adalah Abah Khozin guru ngaji asal Desa Sukamaju, Jati Agung, Lampung Selatan.
Begitu sopan dan sederhana saat kami bertemu. Ia adalah Abah Khozin guru ngaji asal Desa Sukamaju, Jati Agung, Lampung Selatan.
Selama 36 tahun ia mengajar Al-Qur’an dengan susah senang. Ia melaluinya dari berbagai tempat hingga pilihan akhir di Rumah Tahfizh Daarul Qur’an Sukamaju menjadi tempat tinggal dan mendidik para santri agar generasi qur’ani tetap terjaga.
Kecintaannya Abah Khozin dengan Al-Qur’an terekam sejak usia 18 tahun ketika ia masih belajar di pesantren, namun setiap sore Abah Khozin selalu pulang ke rumahnya sendiri untuk mengajarkan Al-Qur’an kepada para santri.
Saat ini Rumah Tahfizh Daarul Qur’an Sukamaju memiliki lebih dari 90 santri belajar setiap sorenya. Abah Khozin tidak memiliki pekerjaan lain selain mengajarkan Al-Qur’an. Tempat seadanya itu menjadi saksi ketawaduan seorang guru ngaji. Jika kita melihat ruang utama atau rumah Abah Khozin masih berlapis geribik. Sesekali terlihat lubang rusak karena bambu lapuk yang sudah lama.
Ia juga mengajar diatas meja kayu lawas menggunakan kaca mata khusus agar terlihat, namun begitu khidmad para santri memperhatikannya. Baju sederhana, peci dan sarung yang ia kenakan menambah rasa segan bagi wali santri atau ketika tamu yang datang untuk bersilaturrahim.
Dalam obrolan kami Abah Khozin juga berkata, “dalam kondisi apapun ketika berjuang bersama Al-Qur’an kami memiliki slogan yakni: Apa Yang Ada Makan (AYAM) dan lauknya adalah lapar.”
Perjuangannya selama ini juga dilalui bersama istrinya Umi Siti Khodijah yang menjaga hafalnnya bersama Abah Khozin dengan target 3-4 hari harus khatam Al-Qur’an. Dua sosok insan mulia ini begitu menginspirasi banyak warga sekitar. Sehingga ia layak dijuliki pejuang Al-Qur’an. Semoga Allah Swt menjaga dan selalu memberikan kesehatan kepada Abah Khozin dan Umi Siti Khodijah maupun pejuang Al-Qur’an lainnya. Aamiin