Menuntut Ilmu, Jalan Mencintai Rabbku

Perihal menuntut ilmu memang tidak pernah ada habisnya selagi manusia masih diberi kehidupan. Seperti ungkapan yang populer yaitu, “tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahat”. Tak sedikit orang termotivasi dari penggalan kalimat tersebut, terlebih bagi penuntut ilmu yang sudah renta.

Menuntut Ilmu, Jalan Mencintai Rabbku
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran

Perihal menuntut ilmu memang tidak pernah ada habisnya selagi manusia masih diberi kehidupan. Seperti ungkapan yang populer yaitu, “tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahat”. Tak sedikit orang termotivasi dari penggalan kalimat tersebut, terlebih bagi penuntut ilmu yang sudah renta.

Sama halnya ketika melihat wanita berusia 57 tahun yang kerap datang ke kantor PPPA Daarul Qur’an Malang. Bu Nor, sapaan akrabnya. Kehadiran rutinnya di PPPA Daarul Qur’an Malang bukan tanpa alasan, ia memiliki niat dari dalam hati dan seluruh anggota tubuhnya untuk belajar membaca Al-Qur’an.

Tahun 2012 merupakan tahun pertamanya mengenal PPPA Daarul Qur’an Malang. Di tahun tersebut pula ia memutuskan untuk mengikuti salah satu program Pendidikan dan Dakwah, yaitu Klinik Tahsin dan Tahfidz.

Mulanya ia mengalami kesulitan dalam menghafal huruf, panjang pendek bacaan bahkan tajwid ataupun makhorijul huruf. Oleh sebab itu, ia memutuskan untuk istiqomah dalam belajar. Baginya kesulitan dalam memahami salah satu bidang ilmu akan perlahan memudar apabila kita terus sabar dan istiqomah belajar.

“Saya merasa nyaman belajar di sini, selain itu tiap di sini saya selalu teringat kalimat Allah dulu, Allah lagi, Allah terus. Yang mana apabila benar-benar diterapkan, akan membuat hidup kita terasa lebih mudah, apapun ujiannya," ungkapnya.

Ia juga mengaku suka menuntut ilmu, karena menuntut ilmu merupakan salah satu jalan untuk mencintai Allah. Begitulah Bu Nor menjawab pertanyaan tentang mengapa bisa bertahan belajar selama belasan tahun disini.

Setelah mengenal Bu Nor lebih jauh, diketahui ternyata perjuangannya untuk belajar membaca Al-Qur’an tidak mudah. Ia harus menempuh jarak 26 kilometer untuk pulang-pergi dengan mengendarai motor. Tak jarang niatnya terpaksa diurungkan karena motornya kehabisan bahan bakar. Selain perihal jarak, ia juga harus membagi waktunya dengan mencari nafkah sebagai ibu tunggal.

Lagi-lagi, perihal belajar ia tak mau menyerah. Berbekal Daqu Method ia memutuskan untuk melanjutkan belajar psikologi di salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Kabupaten Malang. Selain itu juga memutuskan untuk mulai menghafal Al-Qur’an melalui program yang sama, yaitu Klinik Tahsin dan Tahfidz. Harapan terbesarnya adalah setiap langkah baiknya bisa menjadi ibadah dan mendapatkan ridho Allah. []