Mewujudkan Mimpi dan Cita-Cita Para Penghafal Al-Qur'an

Mewujudkan Mimpi dan Cita-Cita Para Penghafal Al-Qur'an
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran

Al-Qur’an akan datang pada hari kiamat, lalu dia berkata, “Ya Allah, berikan dia perhiasan.” Lalu Allah berikan seorang hafizh Al-Qur’an mahkota kemuliaan. Al-Qur’an meminta lagi, “Ya Allah, tambahkan untuknya.” Lalu dia diberi pakaian perhiasan kemuliaan.

Kemudian dia minta lagi, “Ya Allah, ridhai dia.” Allah-pun meridhainya. Lalu dikatakan kepada penghafal Al-Qur’an, “Bacalah dan naiklah, akan ditambahkan untukmu pahala dari setiap ayat yang kamu baca. (HR. Tirmidzi)

Masya Allah, begitu besar pahala bagi orang-orang yang menghafal Al-Qur’an. Menjadi kekasih Allah dan memberikan mahkota kepada orang tua di surga adalah impian puluhan ribu santri Daarul Qur’an.

Al-Qur’an membawa syafaat dan keberkahan kepada siapapun yang membaca, mempelajari dan mengamalkannya. Begitu banyak kisah bahagia setelah para santri berhasil menghafal 30 juz.

Firda Siti Rodiah (20), misalnya. Santri Rumah Tahfizh Daarul Qur’an Surya Taman Aisy Depok itu, berhasil mendapat beasiswa belajar ke Turki karena hafalan Qur’annya. Firda mendapatkan beasiswa 100 persen bahkan ditambah uang saku bulanan dari kampus.

Begitu pula Rahmawati Boimau salah seorang santri dari Rumah Tahfizh Daarul Qur’an di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang telah menghafal 30 juz. Gadis berusia 19 tahun itu bertekad mendawamkan Al-Qur’an di tempat asalnya.

“Rahma mau jadi ustazah di kampung karena masih jarang guru ngaji di sana. Rahma mau mendidik anak-anak kecil supaya nanti mereka yang meneruskan dakwah Qur’an di kampung,” ujarnya.

Lalu ada Muammar Saddam, santri Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Takhassus Cinagara, Bogor. Ia ingin menghadiahkan hafalan Al-Qur’annya untuk almarhum sang ayah yang telah meninggalkanya saat usia Ammar masih enam tahun.

“Dengan hafalan Al-Qur’an saya ingin memberikan mahkota kemuliaan untuk almarhum ayah. Semoga saya juga bisa membahagiakan ibu yang selama ini berjuang sendirian merawat kami anak-anaknya,” tutur Ammar.

Lalu para santri mahasiswa, sebut saja Yusuf Pahlevi (22). Mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) yang sudah menyelesaikan 30 juz hafalan Qur’annya kini tengah berjuang mewujudkan mimpi menjadi pengusaha. Atau Nabilah (22), mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, yang ingin menjadi penerjemah kitab-kitab pesantren agar lebih mudah untuk dipahami para santri milenial.

Pendidikan adalah nadi perjuangan Daarul Qur’an. Karena pendidikan merupakan jalan untuk mencetak generasi baru yang kelak di pundaknya akan dititipkan masa depan. Pendidikan yang menjadi fokus Daarul Qur’an adalah yang berdasarkan tahfizul Qur’an. Sehingga ke depan diharapkan Daarul Qur’an bisa memberikan kontribusi berupa generasi yang dekat dengan Al-Qur’an dan menjadikan Al-Qur’an sebagai asas hidupnya.

PPPA Daarul Qur’an sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional (Laznas) juga menjadikan pendidikan sebagai fokus geraknya. Pesantren Takhassus, Rumah Tahfizh, Beasiswa Tahfizh Qur’an (BTQ) for Leaders merupakan beberapa program dari lembaga ini yang fokus memberikan beasiswa pendidikan kepada para santri penghafal Al-Qur’an.

Oleh karenanya, PPPA Daarul Qur’an mengajak masyarakat dan donatur untuk terlibat dalam program beasiswa ini; untuk bantu mewujudkan mimpi serta cita-cita Firda, Rahma, Ammar, Yusuf, Nabilah dan puluhan ribu santri lainnya yang tersebar di seluruh lembaga pendidikan dan wilayah dakwah Daarul Qur’an. (ara/mnx)