Hajat Sederhana Tyas Menghafal Qur'an

Hajat Sederhana Tyas Menghafal Qur'an
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran

Namanya Wahyuningtyas Hidayati (16), Tyas sapaan akrab teman-teman sepantarannya, salah satu santri Rumah Tahfizh Bani Ali Mursyad di Dusun Banaran RT 17, RW 03, Kelurahan Kerik, Kecamatan Takeran, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Calon hafizhah ini sudah menghafal 26 juz Al-Qur’an selama di rumah tahfizh asuhan Ustaz Ayip.

Dengan sikap lugunya, kini hafalan Tyas mendapat nilai “Mumtaz” dalam rangkaian ujian santri Rumah Tahfizh pada Rabu (20/2) lalu. Hafalan itulah yang menghantarkannya maju di panggung Wisuda Akbar Rumah Tahfizh ke-9 di Masjid Kampus UGM Yogyakarta tahun ini. Di luar dugaan, remaja yang sebentar lagi menuntaskan hafalannya ini adalah anak dari seorang lelaki penyandang gangguan kelainan jiwa. Miroso (46) nama bapaknya, ibunya, almarhumah Hartini sudah tiada sejak 2016 lalu.

Kini tinggalah Tyas bersama bapak dan adik laki-lakinya yang dirawat kakek neneknya di Dusun Merek, Kelurahan Serut, Kecamatan Panti, Jember, Jawa Timur. Hasil kebun kakek neneknya hanya cukup untuk bertahan hidup bersama bapaknya di rumah. Terkadang, bapaknya terpaksa harus dipasung karena mengamuk dan menimbulkan banyak kerugian materi saat penyakitnya kambuh. Keterbatasan keluarga justru mendewasakan Tyas dalam renungan mimpi untuk meningkatkan derajat keluarga di hadapan Allah SWT dengan menjadi seorang hafizhah.

Tekadnya menuntaskan hafalan Al-Qur’an sangat besar. Tyas rela menunda pendidikan formal tingkat Madrasah Aliyah hanya untuk menyelesaikan hafalan Al-Qur’an. Sedihnya, satu tahun pengorbannanya belum juga membuat Allah SWT ridho kepada dirinya untuk menjadi hafizhah. Saat itulah, Tyas kembali dibujuk Ustaz Ayip Rosyidi (36) Pengasuh Rumah Tahfizh Bani Ali Mursyad agar kembali melanjutkan pendidikanya hingga sekarang dia duduk di bangku kelas 11 Madrasah Aliyah.

“Pengen banget dijenguk keluarga, terutama nanti kalau Tyas khatam hafalan 30 juz,” tutur Tyas dengan mata yang sudah mulai berkaca-kaca. Rasa sedihnya sulit ia sembunyikan melihat rutinitas teman-temannya yang selalu dijenguk dengan keluarga setiap dua pekan sekali. Besar harapan Tyas agar segera menyelesaikan hafalan 30 juz di akhir semester ini. Hanya sekedar untuk melihat kakek, nenek, bapak, dan sanak keluarga menghampirinya di Rumah Tahfizh Bani Ali Mursyad di Magetan.

Maklum, jangankan untuk menjenguk Tyas, sekedar uang jajan dan biaya bulanan Tyas saja tidak ada. Kondisi kakek neneknya yang jauh dari pendidikan membuat Tyas dan adiknya merasa sangat beruntung bisa bertemu rumah tahfizh. Pendidikan mereka sedikit terbantu dengan tidak diwajibkanya biaya asrama dan pembelajaran di rumah tahfizh ini. Rp50 ribu hasil mengurus Koperasi Rumah Tahfizh setiap bulan hingga kini menjadi tumpuannya mencukupi kebutuhan pribadi.

Tyas sama sekali tak berani mengucapkan mimpi-mimpinya. Bahkan membayangkan masa depannya pun dia enggan. Tyas hanya berdoa dan berserah diri akan takdir perjalanan hidupnya. Satu yang ingin dia buktikan, anak dari seorang bapak penyandang gangguan jiwa ini akan segera menjadi hafizah sebelum naik di bangku kelas 12 Madrasah Aliyah. Semoga Tyas diberikan ketabahan dalam menghadapi kehidupannya dan senantiasa istiqomah dalam menghafal Al-Qur’an, serta keluarga besarnya selalu dalam keberkahan Al-Qur’an, Aamiin.