Kajian Muslimah Daqu : Belajar Dari Pribadi Ibu Sarah dan Ibu Hajar RA

Kajian rutin muslimah Daarul Quran kembali digelar pada Rabu, (6/7) yang bertajuk “Belajar Dari Pribadi Ibu Sarah dan Ibu Hajar RA" bertempat di Masjid Alumni IPB Bogor.

Kajian Muslimah Daqu : Belajar Dari Pribadi Ibu Sarah dan Ibu Hajar RA
Kajian Muslimah Daqu : Belajar Dari Pribadi Ibu Sarah dan Ibu Hajar RA
Kajian Muslimah Daqu : Belajar Dari Pribadi Ibu Sarah dan Ibu Hajar RA
Kajian Muslimah Daqu : Belajar Dari Pribadi Ibu Sarah dan Ibu Hajar RA
Kajian Muslimah Daqu : Belajar Dari Pribadi Ibu Sarah dan Ibu Hajar RA
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran

Kajian yang dihadiri ratusan muslimah baik dari kalangan ibu rumah tangga dan remaja sekitar Kota Bogor di moderator oleh Ceceu Karwati dengan penuh semangat. Dan tak lupa untuk menambah keberkahan acara pagi itu, Ustadz Fakhrurozi melantunkan ayat suci Al Quran dengan merdu dan penuh kesyahduan.

Hadir Ustadzah Yati Priyati, Pemateri Serambi Islam TVRI dan Damai Indonesiaku TVOne sebagai narasumber. Ustadzah Yati memulai  kajian dengan interaktif kepada jamaah, memasuki momentum idul adha yang identik sebuah pengorbanan, Kajian kali ini Ustadzah Yati menceritakan kisah dua wanita yang patut diteladani karakteristiknya, yaitu Siti Sarah dan Siti Hajar RA. 

“ Bagaimana rasanya berkorban? Bukan berkorban kambing saat Idhul Adha saja, melainkan berkorban perasaan, kehidupan terlebih apa yang paling dicintai, pernahkah  kita melakukannya?” Kata Ustadzah Yati kepada jamaah.

Ustadzah Yati melanjutkan, rasanya sulit sekali jika harus merasakan posisi Bunda Sarah dan Bunda Hajar dengan segala Pengorbanannya. Sebagai seorang istri nabi tentu mereka memiliki derajat tersendiri di sisi Allah. Bunda Sarah yang memiliki kecantikan yang menawan, juga memiliki inner beauty yang tidak kalah menawan, yaitu tentang sebuah kesabaran yang telah diteladankan untuk kita. Sebuah kesabaran yang tidak hanya satu bulan, dua bulan, melainkan berpuluh-puluh tahun lamanya untuk memiliki seorang keturunan.

Kesabaran yang tidak hanya sekedar pasrah, melainkan ikhtiar dan doa yang tiada henti dilakukan. Bersama Nabi Ibrahim, yang entah sudah berapa ratus kali beliau berdoa. Tidak terbersit sedikitpun untuk menyerah dari rahmat Allah. Rasanya malu ketika memandang diri sendiri. Dikala nikmat dicabut sepersekian persen sudah mengeluh, atau ketika diberi sepersekian cobaan yang tidak ada setitikpun cobaan itu melampaui cobaan Bunda Sarah, diri ini sudah menyerah.

Ratusan jamaah yang hadir dalam kajian rutin ini khusyuk menyimak kisah  yang disampaikan Bunda Yati. Hingga sesi muhasabah suasana menjadi larut dalam tangisan.