Kisah Guru Ngaji yang Dibayar dengan Beras
Sairi atau akrab disapa Guru Sairi, sudah mengajar lebih dari 20 tahun di Semendo Darat Tengah. Sebuah kecamatan yang jaraknya empat jam dari Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Bersama sang istri dan saudaranya, ia membimbing anak-anak di kampungnya itu untuk membaca Al-Qur’an.
Rumah panggung yang tampak sederhana menjadi saksi lantunan Qur’an anak-anak Semendo Darat Tengah. Rumah panggung memang menjadi ciri khas daerah Muara Enim yang terletak di tengah pengunungan agar terhindar dari gangguan binatang buas.
Bertani menjadi satu-satunya mata pencaharian yang menunjang kehidupan sehari-hari bagi Sairi dan mayoritas warga Semendo. Maka dari itu, tak mungkin rasanya ia meminta bayaran kepada para santrinya. Sebab nasibnya dan orang tua santri-santrinya tak jauh beda.
Mereka, hanya bergantung pada hasil panen kebun kopi ataupun sawah. Karenanya sebagai ucapan terima kasih kepada Sairi, para santri pun membawakan beras 1-2 kilogram setiap bulannya. Namun, ia tak pernah mewajibkan santri-santrinya membawa beras apa lagi saat musim paceklik tiba.
Sairi tetap istiqomah mengajar setiap harinya tanpa menghrap imbalan apapun. Bagi Sairi, yang terpenting adalah bagaimana anak-anak dan warga di kampungnya bisa mengenal huruf hijaiyah dan bebas dari buta Al-Qur’an.
“Saya sangat senang jika ada santri yang telah menghatamkan bacaan Al-Qur’annya. Seakan semuanya telah terbayar saat melihat mereka diarak keliling kampung. Karena setiap anak yang telah khatam Al-Qur’an akan mengenakan pakaian adat dan diarak keliling kampung sebagai ucapan syukur,” tutur Sairi.
Sairi adalah salah satu penerima manfaat program Simpatik Guru. Sudah tiga tahun PPPA Daarul Qur’an membersamai perjuangan dakwahnya. Anda bisa ikut terlibat mendukung dakwah para pejuang Qur’an di pelosok negeri melalui Rekening Sedekah atau Sedekah Online. (alip/ara)