Pilu, Alvian Anak 11 Tahun Lihat Ibu dan Ayah Terinjak-Injak di Stadion Kanjuruhan

PPPA Daarul Qur’an-Euforia akan sepak bola ditanah air sudah tidak diragukan lagi. Masyarakat rela berbondong-bondong antri untuk dapat mensaksikan debut tim kesayangan mereka berlaga di lapangan hijau.

Pilu, Alvian Anak 11 Tahun Lihat Ibu dan Ayah Terinjak-Injak di Stadion Kanjuruhan
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran

Euforia akan sepak bola di tanah air sudah tidak diragukan lagi. Masyarakat rela berbondong-bondong antri untuk dapat mensaksikan debut tim kesayangan mereka berlaga di lapangan hijau.

Tidak hanya itu mereka akan rela berdiri atau kadang memanjat apapun yang ada di dalam stadion untuk sekedar dapat menyaksikan pertandingan tersebut. Tapi bagaimana jika pertandingan yang meriah dan membanggakan itu berubah menjadi petaka dan merenggut nyawa banyak orang dalam hitungan jam.

Muhammad Alvian atau panggil Alvian (11) adalah saksi hidup yang selamat melihat orang tuanya terinjak-injak penonton lainnya saat mencoba keluar dari Stadion Kanjuruhan Malang pada Sabtu (1/10) malam. Tidak pernah terlintas pada anak belia ini dia akan menyaksikan kejadian tersebut dengan kepala mata nya sendiri.

Sore itu ayah dan ibunya mengajak dirinya untuk ikut menonton pertandingan tim kesayangan mereka Arema vs Persebaya di kandang mereka sendiri Malang. Mereka berangkat bersama tetangga sekitar rumah mereka untuk menonton bola kala itu.

Alvian yang kini masih duduk di bangku kelas 5 SDN Bareng II Kota Malang harus meminum pil pahit ketika mengetahui ayah dan ibunya telah wafat dalam peristiwa itu. Malam sebelum kejadian itu berlangsung mereka menonton bersama dan masih sangat terlihat aman saja. Mereka menikmati jalannya pertandingan walupun harus menerima bahwa tim kesayangan mereka harus kalah 3-2 melawan Persebaya dikandang sendiri.

Singkat cerita 22.45 WIB kejadian itu terjadi. Akibat semprotan gas air mata yang mengenai seluruh penonton baik di lapangan dan di tribun penonton menyebabkan kepanikan yang luar biasa kepada seluruh penonton yang hadir pada saat itu. Mereka berdesak-desakan mencari pintu keluar tanpa memperdulikan samping kanan dan kiri penonton lainnya agar selamat dari semprotan gas air mata tersebut.

Sesak dan padatnya penonton yang ingin keluar menyebabkan Almarhum Bapak Yulianto (40) dan Ibu Devi Ratna Sari (30) harus merengang nyawa di Stadion Kanjuruhan karena terinjak-injak oleh penonton lainnya yang ingin keluar dari tempat itu. Alvian terpisah dari orang tuanya karena padatnya penonton yang ingin keluar dan dari samar-samar kejahuan dia melihat ibu dan ayahnya tersungkur tidak berdaya. Tatapan kosong anak itu langsung membuatnya sadar untuk turun meminta bantuan kepada Polisi agar menyelamtkan orang tuanya.

Akan tetapi Alvian segera dievakuasi oleh tim keamanan tersebut agar selamat dari kerusuhan. Pada saat telah keluar dari tempat tersebut ia ditemukan oleh pamannya dengan kondisi mata yang sudah memerah akibat gas air mata.

Paman Alvian segera membawanya pulang dan kembali lagi ke lokasi kejadian untuk menemukan orang tuanya. Singkatnya kedua pasangan tersebut dibawa ke RSUD Wafa Husada dalam keadaan sudah meninggal.

Pada saat Tim Siaga Bencana atau Sigab PPPA Daarul Qur'an datang ke rumah duka di Kelurahan Bareng, Kecamatan krojan, Kota Malang. Alvian sedang tidak berada di rumah karena menghadiri acara dengan Presiden Indonesia Bapak Jokowi untuk menerima bantuan dari pemerintah pasca kejadian tersebut. Sehingga tim hanya bisa bertemu dengan neneknya untuk mengkonfirmasi kejadian tersebut.

Nenek Alvian menyampaikan rasa sedih dan kekecewaannya atas kejadian di Stadion Kanjuruhan Malang. Cucunya sekarang mengalami traumatis akibat kejadian tersebut. Orang tua Alvian sampai ke rumah duka pada pukul 04.00 WIB dan dikebumikan di TPU Mergan Kota malang pada pukul 09.00 WIB.

Bola memang memiliki keistimewaan sendiri, menyedot seluruh perhatian masyarakat untuk melihat dan mendukung semua tim kesayangan mereka, akan tetapi tidak ada sepak bola seharga nyawa manusia. Mari jadikan kejadian ini sebagai pelajaran bersama bahwa nyawa lebih berharga dari apapun dan tetap mendoakan kepada seluruh korban dari peristiwa ini agar diberikan kelapangan kubur serta kesabaran bagi yang ditinggalkan. Dan untuk korban selamat semoga segera diberikan kesembuhan dan kesehatan. Wallahu a’lam.

Oleh: Nafisah, PPPA Daarul Qur'an Surabaya