Di Balik Hafalan Al-Qur’an Hawa
Hawa mulai menceritakan pengalaman masa kecil yang membuat dirinya saat ini berada di asrama Tahfidz Intensif PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta. Duduk di teras asrama, gadis 17 tahun itu mulai bercerita bahwa ia mulanya tertarik menghafal setelah mengikuti sebuah pesantren kilat di kala dirinya masih duduk di kelas 5 SD.
“Waktu itu, kita diwajibkan menghafal tiga ayat terakhir surah Al-Hashr, dan Hawa bisa melakukannya dengan baik. Hawa merasa enak ketika menghafal, akhirnya Hawa minta pindah sekolah sama ayah yang ada program hafalannya,” terang pemilik nama Salma Tsamrotul Hawa itu.
Hawa adalah anak terakhir dari tiga bersaudara. Sementara ayahnya kini bekerja sebagai tenaga pendidik di sebuah kampus swasta di Yogyakarta. Lalu ibunya adalah seorang bidan yang membuka praktik di rumahnya yaitu di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.
“Hidup Hawa ya biasa-biasa saja mbak, Hawa anak terakhir dan punya dua kakak cowok, ayah dan ibu bekerja sejak Hawa kecil,” ungkapnya.
“Ayah dan ibu bukan orang pesantren tapi anak-anaknya mesantren semua, sebenarnya pas kecil orang tua tidak mengharuskan untuk belajar di pesantren tapi kami diceritakan terus tentang pesantren,” lanjut Hawa.
Hawa teringat momen masa kecilnya bersama sang ayah. Suatu hari ia ditawari untuk masuk pesantren oleh orang tuanya, namun Hawa menolak. Keesokan harinya ayahnya mengajak ia pergi jalan-jalan. Rupanya Hawa dibawa jalan-jalan ke pesantren oleh orang tuanya.
“Oh, ternyata pesantren itu kayak gini, banyak teman-temannya dan semuanya welcome banget sama Hawa padahal cuma main saja,” kenang Hawa.
Sejak saat itulah persepsi Hawa tentang pesantren berubah. Ia merasakan kenikmatan pesantren bukan dari cerita orang tuanya saja, namun karena diajak rihlah ke pesantren.
Hingga akhirnya ia memutuskan untuk masuk pesantren. Semasa tiga tahun di SMP, Hawa belajar dan menghafal Al-Qur’an di pesantren.
Sekarang Hawa masih duduk di kelas 2 SMA. Ia mengambil program paket C agar bisa fokus melanjutkan hafalan Al-Qur’annya. Ia pun mulai resmi menjadi santri Tahfidz Intensif sejak Batch 2 yang dimulai pada Februari lalu. Hingga melanjutkan ke Batch 3 sekarang ini.
Alhamdulillah pada Ahad (8/8) akhirnya Hawa berhasil menyetorkan hafalan terakhirnya kepada Ustadzah Devi di Tahfidz Intensif. Hawa sangat bahagia sekaligus haru.
Selepas dari Tahfidz Intensif, Hawa berencana untuk tetap menekuni bidang tahfidz dengan mengikuti dauroh seraya menyiapkan untuk rencana kuliahnya tahun depan. Hawa bercita-cita ingin masuk jurusan Ilmu Hukum.
“InsyaAllah habis ini mau ikut dauroh lagi dan belajar lagi, insyaAllah mau memutqinkan hafalan dan menyiapkan kuliah. Pengennya kuliah di Ilmu Hukum UGM, minta doanya teman-teman,” tutup Hawa.
Oleh: Umi Nurchayati, PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta