Masalah, Jalan Allah Agar HambaNya Lebih Kuat

Masalah, Jalan Allah Agar HambaNya Lebih Kuat
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran
pppa-daarul-quran

Pemimpin memiliki peran lebih besar jika dibandingkan peran-peran lainnya. Mengingat, ia adalah orang yang akan bertanggung jawab atas semua hal yang ada pada organisasi tersebut. Ketua Yayasan Daarul Qur’an Nusantara Muhammad Anwar Sani atau dikenal dengan sapaan Ustadz Sani membahas tentang sosok pemimpin.

"Kalau kita melihat para pemimpin, mau jadi apapun, mau jadi direktur, rektor, menteri, komisaris, presiden, mau jadi apapun, kalau kita melihat hanya saat menjabat saat ini, kalimat yang muncul adalah, enak ya jadi rektor, direktur, komisaris, enak ya jadi ini dan itu," tutur Ustadz Sani dalam nasihatnya di Masjid Istiqlal, Jakarta, Ahad (24/11).

Namun siapa sangka semua pemimpin memiliki masa lalu yang mungkin menggambarkan permasalahan hidup. Tapi hal tersebutlah yang menjadi energi baru untuk melangkah maju dan berpikir lebih keras.  "Mungkin permasalahan itu yang membuat kita berpikir lebih keras lagi, doa lebih keras lagi, kemudian membuat rasa itu menjadi seperti berlari dan Allah menempatkan pada khidupan yang mulia," serunya.

Sebuah perjalanan hidup jika tidak diberikan permasalahan yang berat oleh Allah, bisa jadi perjalanan itu belum mengantarkan pelakunya sampai pada tahap ini. Maka benar jika saat diberikan kesusahan, kesulitan, penderitaan, kemiskinan dan permaslaahan yang sepertinya terlalu rumit. Justru itulah jalan untuk menjadi lebih kuat menghadapi dan berbicara masa depan yang cerah.

Ustadz Sani yang kini menjabat sebagai Rektor Institut Daarul Qur'an mulai menceritakan pengalaman hidupnya di masa lalu. Kala itu, dirinya hijrah dari Blora, salah satu kota di Jawa Tengah hingga sampai Ibu Kota, Jakarta.

"Saat itu kondisi ekonomi bapak dan ibu saya benar-benar sedang di titik nadir, yang seharusnya kuliah, teman-teman saya pada bicara kuliah dimana, diterima dimana, bisa masuk PTN, yang baik, yang favorit, yang mahal, tapi saya tidak, saya juga ingin seperti mereka, tapi nggak kesampaian," tuturnya.

“Karena saat itu kondisi ekonomi keluarga saya sedang parah-parahnya. Saat saya lulus SMA, rumah disita bank, pindah ke kontrakan kecil, tapi saya lihat bapak dan ibu saya masyaAllah, tegar, kuat. Dan seharusnya saya kuliah karena nggak bisa masuk di PTN dan nggak kuat bayar di PTS, saya ingin nangis,” sambungnya.

Jika dilihat dengan kondisi sekarang, maka ia pun tidak akan menyangkan dapat berada di posisi ini. Namun, itu semua kuasa Allah untuk mengangkat derajat hambaNya. "Saya 2015 menyelesaikan S2, dan saat ini saya sedang menyusun tugas akhir S3. Itulah perantara, perantara menuju kesuksesan," tutupnya. (dio/ara)